OBLIGADO, PARAGUAY – Indonesia kembali berkiprah di festival budaya internasional yang diadakan di Colegio San Blas. Di festival budaya ini, seni dan kuliner Indonesia ditampilkan, seperti lagu Rayuan Pulau Kelapa, tari Bajidor Kahot (Jawa Barat), tari Saman (Aceh), tari Gemu Famire (NTT), tari Sajojo (Papua), dan tari Beksan Wanara (Yogyakarta), Sabtu (24/9/2022) lalu.
Selain Indonesia, sejumlah negara ikut ambil bagian, seperti Paraguay, Libanon, Jerman, Jepang, Brasil, Meksiko, Ukrania, Kolombia, dan Zambia.
Dubes RI Buenos Aires Niniek K. Naryatie beserta jajarannya turut mendukung acara tersebut dengan hadir secara langsung, dan mengirimkan salah satu anggota Caraka Budaya – tim seni budaya binaan KBRI – untuk menampilkan tarian Beksan Wanara. Dalam pidatonya, Dubes Niniek sampaikan harapan agar kegiatan pertukaran seni dan budaya antar negara semacam ini bisa terus dikembangkan, sehingga menjadi kegiatan yang lebih besar dan dikenal.
Dukungan KBRI ini tak pelak mendapat apresiasi diaspora Indonesia dan dipandang sebagai dukungan yang sangat bernilai. Menurut para diaspora, peran serius KBRI merupakan wujud dari kepedulian Pemerintah RI akan promosi budaya nasional sebagai salah satu aset bangsa Indonesia.
Festival yang berlangsung selama dua hari tersebut terbagi menjadi dua segmen: festival kuliner di hari pertama dan pentas budaya di hari kedua. Bagi Padre Kornelius Boli Ujan SVD, pimpinan Colegio San Blas asal Indonesia yang sudah tinggal di Paraguay selama dua dekade, keanekaragaman budaya pada kegiatan ini merupakan wujud dari Bhineka Tunggal Ika, yang semakna dengan ungkapan “aneka wajah tapi satu hati”, slogan Serikat Sabda Allah (SVD) yang pada September ini genap berusia 147 tahun.
Hampir semua seni Indonesia yang dipentaskan dibawakan oleh murid-murid Colegio San Blas. Selama sebulan lebih, 30 murid yang tertarik dengan budaya Indonesia berlatih dengan giat,karena keragaman budaya dan multi etnis yang rukun sebagai identitas bangsa menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka. Setiap penampilan Indonesia mendapat apresiasi yang meriah dari kurang lebih 1.500 penonton yang terdiri dari pelajar, orang tua pelajar dan undangan lainnya.
Kuliner Indonesia pun mendapat antusiasme yang tinggi dari mereka yang hadir.Titik Kustiati Ginardjo, salah satu WNI di Paraguay yang membuka stand Indonesia, menyuguhkan ayam rica-rica, pecel sayur, dan gorengan. Banyak pengunjung menyukainya karena berkesan eksotik. Titik sendiri terkejut ketika makanan yang dibawanya cepat terjual habis.
Dalam kunjungannya ke Paraguay, Dubes Niniek tidak lupa mengadakan potong tumpeng yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia untuk merayakan dan mensyukuri anugerah. Acara potong tumpeng yang dilakukan di kediaman Padre Kornelius dihadiri oleh murid, guru dan orang tua murid yang ikut serta melakukan promosi budaya Indonesia. Bagi mereka, acara ini sarat akan makna, karena seseorang yang mewakili negara besar dapat menjamu mereka, dan ini artinya adalah wujud bela rasa.
Padre Kornelius berujar, “Duta Besar dan staf kembali ke Buenos Aires, tetapi kita akan terus menabur cinta kasih yang lintas batas, sehingga dimanapun kita, bersama-sama membuat Indonesia lebih kuat”. (gardo)