Sastrawan Danarto Tutup Usia

Foto. Danarto (ist)

JAKARTA – Kabar duka datang dari dunia sastra Indonesia. Danarto (77), sastrawan bekan negeri ini berpulang sebuah kecelakaan. Almarhum sempat dirawat di rumah sakit Fatmawati, Jakarta, setelah ditabrak sepeda motor di kawasan Ciputat, Selasa (10/4/2018) siang.

Cerpenis terkemuka ini ditabrak motor ketika hendak menyeberang jalan di kawasan Kampung Utan, Tangerang Selatan. Sempat dirawat di Rumah Sakit UIN, Danarto yang dalam kondisi koma lantas dirujuk di RS Fatmawati. Sekitar delapan jam dalam perawatan, Danarto berpulang.

Rencananya, Danarto akan dikebumikan hari ini, Rabu (11/4/2018) di kampung halamannya di Sragen, Jawa Tengah.

Ketua Dewan Kesenian Banten (DKB) Chavcay Syaifullah yang turut menemani di Rumah Sakit Fatmawati mengonfirmasi hal tersebut. “Iya benar, meninggal pukul 20.54,” ujarnya saat dihubungi tim TribunJakarta.com lewat sambungan ponsel.

Chavcay juga mengatakan penulis kumpulan cerpen ‘Setangkai Melati di Sayap Jibril’ tersebut akan dimakamkan di Sragen, Jawa Tengah. “Setelah ini, (Danarto) akan langsung dibawa ke Sragen dan akan dimakamkan di sana,” ujarnya.

BIOGRAFI

Danarto lahir pada 27 Juni 1941 di Sragen, Jawa Tengah. Ayahnya bernama Jakio Harjodinomo, seorang mandor pabrik gula. Adapun ibunya, Siti Aminah, pedagang batik di pasar.

Dikutip dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, setelah menamatkan sekolah dasar (SD), Danarto melanjutkan pelajarannya ke SMP, kemudian bersekolah di SMA bagian Sastra di Solo. Pada 1958–1961 Danarto menempuh pendidikan tinggi di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta jurusan Seni Lukis.

Danarto terus mengasah bakat seninya. Pada 1976 dia mengikuti lokakarya International Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat, bersama pengarang dari 22 negara. Pada 1958—1962 dia membantu majalah anak-anak Si Kuncung yang menampilkan cerita anak sekolah dasar. Dia menghiasi cerita itu dengan berbagai variasi gambar.

Selain itu, Danarto juga membuat karya seni rupa, seperi relief, mozaik, patung, dan mural (lukisan dinding). Rumah pribadi, kantor, dan gedung pernah menjadi kanvas bagi tangannya yang cekatan.

Pada kurun 1969—1974 dia bekerja sebagai tukang poster di Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki, dan selanjutnya mengajar di Akademi Seni Rupa LPKJ (sekarang IKJ) pada 1973. Pada 1979—1985 bekerja di majalah Zaman.

Danarto lebih gemar berkecimpung dalam dunia drama. Hal itu terbukti sejak 1959—1964 ia masuk menjadi anggota Sanggar Bambu Yogyakarta, sebuah perhimpunan pelukis yang biasa mengadakan pameran seni lukis keliling, teater, pergelaran musik, dan tari. Dalam pementasan drama yang dilakukan Rendra dan Arifin C Noor, Danarto ikut berperan, terutama dalam rias dekorasi.

Pada 1970 dia bergabung dengan misi Kesenian Indonesia dan pergi ke Expo 1970 di Osaka, Jepang. Setahun berikutnya giliran dia membantu penyelenggaraan Festival Fantastikue di Paris.

Dia juga melakukan kegiatan sastra di luar negeri. Sebagai contoh pada 1983 Danarto mengikuti Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda.

Tulisannya yang berupa cerpen banyak dimuat dalam majalah Horison, seperti “Nostalgia”, “Adam Makrifat”, dan “Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat”. Di antara cerpennya, yang berjudul “Rintrik”, mendapat hadiah dari majalah Horison tahun 1968.

Pada 1974 kumpulan cerpennya dihimpun dalam satu buku yang berjudul Godlob diterbitkan oleh Rombongan Dongeng dari Dirah. Karyanya dengan pengarang lain, yaitu Idrus, Pramoedya Ananta Toer, AA Navis, Umar Kayam, Sitor Situmorang, dan Noegroho Soetanto dimuat dalam sebuah antologi cerpen yang berjudul From Surabaya to Armageddon (1975) oleh Herry Aveling.

Dalam bidang film, dia pun banyak memberikan sumbangannya yang besar, yaitu sebagai penata dekorasi. Film yang pernah digarapnya ialah Lahirnya Gatotkaca (1962), San Rego (1971), Mutiara dalam Lumpur (1972), dan Bandot (1978).

Berikut Karya Danarto:
Novel:
Asmaraloka (1999)

Kumpulan Cerpen:
Godlob (1975)
Adam Ma’rifat (1982)
Berhala (1987)
Orang Jawa Naik Haji (1984)
Gergasi (1993)
Setangkai Melati di Sayap Zibril (2001)

Drama:
Obrok Owok-Owok, Ebrek Ewek-Ewek (1976)
Bel Geduwel Beh (1976)

Kumpulan Esai:
Gerak-Gerak Allah (1996)

Penghargaan:
-Hadiah dari majalah Horison tahun 1968 untuk cerpennya “Rintrik”.
-Hadiah Sastra dari dari Dewan Kesenian Jakarta dan Hadiah dari Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 1982 atas cerpennya “Adam Makrifat”.
-Hadiah dari Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1987 atas kumpulan cerpennya Berhala.
-Penghargaan SEA Write Award dari Kerajaan Thailand (1988). (a2k/gr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *