SAMBUT Gerhana Matahari Total (GMT) Bentara Budaya Bali akan menggelar pertunjukan kolaborasi seni multimedia bertajuk ‘Kala Rau Ing Kalangan’.
Pementasan seni lintas bidang ini diselenggarakan pada Kamis (3/3/2016) di Bentara Budaya Bali Jl Prof Ida Bagus Mantra, Ketewel, Sukawati Gianyar mulai pukul19.00. Gerhana matahari total diperkiraan bersamaan dengan perayaan Nyepi, Rabu (9/3/2016).
Selain mengedepankan garapan tari yang kontemplatif, pertunjukan ini juga menghadirkan kidung, pembacaan puisi, berikut wayang yang dipadukan dengan video art, serta diakhiri suatu pemutaran film dokumenter terkait fenomena angkasa ini.
Menurut Juwitta K. Lasut, penata acara BBB, pertunjukan kolaborasi ini akan menyampaikan perenungan atas peristiwa Gerhana Matahari Total melalui kolaborasi berikut serangkaian tata gerak terpilih yang bersifat simbolis mistis, sebentuk ritus kekinian.
Bertindak sebagai koreografer dan art director adalah ‘. Pertunjukan kolaborasi ini menampilkan pesantian kidung oleh Anak Agung Ayu Made Nuradi dan Gusti Komang Sugiarta, dalang dan pertunjukan wayang oleh I Made Sukadana bersama Ngakan Putu Gargita, Ngakan Made Dedik, A.A. Wisnu, A.A. Dharma Semara, serta Wayan Mawa.
Turut mendukung pertunjukan tari dari sekaa Tindak Alit, antara lain: Sri Suhartini, Letsu Phyartini, Jenny Janardhani, Santi Sukma Melati, Eka Swakarma, Titha Witcha Meriartha, Kompyang Aditya, Ngurah Dian Meika P, Agus Adi Yustika, Wayan Sujana. Pada musik adalah Komang Wira Adi dan Tina Puspa Dewi, serta sebagai penata tari Putu Gede Arsa Wijaya, S.Sn. Penata multimedia Dwi Pradita, Vanesa Martida, dan Komang Adi Sumarna. Sedangkan perangkai puisi adalah Frischa Aswarini dan Idayati.
Adapun pertunjukan ini terilhami petikan kekawin Adi Parwa, mengisahkan sosok Kala Rau, raksasa yang menyamar menjadi Dewa sewaktu terjadinya pemutaran gunung Mandara Giri untuk memperoleh Tirta Amerta atau air suci keabadian.
Dewa Wisnu yang mengetahui penyamaran Raksasa Kala Rau, seketika melepaskan panah saktinya. Kepala terpenggal dan bagian tubuh Kala Rau jatuh ke bumi, kemudian disimbolilasi menjadi lesung. Adapun kepalanya tetap melayang di angkasa, kemudian dipercaya menjadi penyebab terjadinya gerhana –yakni sewaktu raksasa Kala Rau berupaya menelan Dewi Ratih (Dewi Bulan). (bi/gr)