MEDAN – Tidak hanya musim Corona. Pengelola negara ini terkesan ‘sok beken’ dari sejak lama dengan membuat istilah-istilah yang tidak berbahasa Indonesia dalam menjalankan sebuah kebijakan. Demikian disampaikan Koordinator Nasional Relawan Bertuhan (BERSAMA RAKYAT BANTU HARIMAU NASIONAL), Safrizal dalam keterangan persnya Kamis (28/5/2020), menanggapi istilah ‘New Normal’ yang baru saja diterbitkan untuk menghadapi dan menanggulangi corona.
Menurut Wakil Sekretaris PCNU Medan ini, pengelola negara sudah terlalu jauh ngelantur seakan sah-sah saja dan mendapat pembenaran publik ketika mereka membuat istilah berbahasa yang bukan bahasa Indonesia dalam program-program kedinasan, pelayanan publik dan sebagainya. “Itu semua sangat menyayat hati dan perasaan anak bangsa yang sangat cinta kepada bahasa Indonesia, memang hampir tidak ada yang memprotesnya. Tapi saat ini. Sudah sangat keterlaluan,” ujar Rizal yang juga aktif sebagai Presiden Gerakan Aku Geram dan Anti Koruptor (GAGAK).
Lebih jauh lagi Rizal menolak istilah ‘New Normal’ untuk penanggulangan covid19 yang mengundang perdebatan dan polemik. Aplikasi dan manfaat program tersebut mudah-mudahan baik. Tapi, nama program yang berbahasa Inggris itu tidak baik menurut sudut pandang kebangsaan. “Saya tidak hanya keberatan tanpa alasan dan solusi. Disinilah kita dituntut menunjukkan identitas kebangsaan kita di mata dunia. Gotong royong kita selaku bangsa Timur yang luhur biar menggema se antero dunia. Dan istilah FASE HIDUP SEHAT BARU INDONESIA disingkat (FAHASBUNA) saya kira lebih tepat dan lebih diterima oleh bangsa yang santun ini,” urai Rizal secara singkat.
Istilah FAHASBUNA untuk penanggulangan covid19, jelas Rizal, insya Alloh akan diterima seluruh kalangan anak bangsa. Apalagi jika ditambahkan keterangan singkatan dari ‘FASE HIDUP SEHAT BARU INDONESIA’ yakni FAHASBUNA yang berarti ‘Cukup Corona Jadi Pelajaran Bagi Kami’. “kita tidak menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia. Tapi ketepatan singkatannya mirip doa, Fahasbuna,” demikian Rizal. (fahreza)