Kejelasan meresapi ilmu (menghayati ilmu) itu hanya bagi orang yang memperhatikan bimbingan guru. Adapun orang yang meresapi ilmu akan memperoleh jawaban permasalahan dan tercapainya tujuan serta mendapatkan kejelasan dan akhlaq yang lemah lembut.
Dan meresapi ilmu tidak akan menjadi nyata dan jelas dalam pribadi orang yang berteori saja. Tanpa adanya amaliah ilmu akan bisa menghambat kemajuan beberapa masa. Janganlah tua dalam hal omongan saja tapi tidak sesuai dengan kenyataannya, lebih baik tua dalam hal kelakuannya.
Karena segala sesuatu itu pada hakekatnya adalah rahasia, jangan sampai ketahuan oleh iblis sebelum terlaksana. Dan Jangan sampai kedahuluan berbicara, karena pastinya iblis akan berusaha menggagalkan perkara yang baik dengan berbagai cara terutama mengulur waktu.
Barangsiapa dalam langkahnya mempunyai tingkah takut, maka ia akan berjalan dalam kejelasan dan menjadikannya luhur (mulya). Serta bisa meneladani orang orang Sholih dan mencegah dari tingkah yang menghambat pada kemajuan masa.
Ketika menyadari bila mempunyai sifat hina, maka kita akan tertarik untuk tidak menuruti hawa nafsu dan juga mempunyai kecerdasan rohaniah. Sehingga mampu terhindar dari golongan orang orang yang tidak menggunakan pendengarannya dalam menerima ilmu yang luas). Maka sesungguhnya dalam hilangnya keberkahan beberapa ilmu adalah bagi yang menuruti gejolak nafsunya sebab matinya hati dan tidak menyampaikan ilmu.
Kyai Mushonnif tidak pernah menghukumi pada seseorang karena setiap orang tidak lepas dari hidayah Allah. Selama berada pada sisi guru pembimbing yang mempunyai sifat lemah lembut maka ia akan menjadi kejelasan kenikmatan Allah yang nyata. (Sumber Kitab Balaghoh Ponpes Khomsani Nur, Atz).
