Orang Nusantara Sudah Melakukan Pelayaran Dunia Seblum Bangsa Eropa Lahir

oleh -1,438 views
Foto: Model Cakra Donya. (ist)

Oleh: Ichwan Azhari

CERITA tentang “Nenek moyangku bangsa pelaut” dibahas kemarin (14.3.2019) dalam FGD Narasi Penyebaran Peradaban Nusantara diselenggarakan oleh Kementrian Kemaritiman di Jakarta.

Horst H.Liebler membuka FGD dengan paparan fakta juga peta yang mencengangkan, jauh sebelum digdaya Eropa menguasa maritim dunia, orang nusantaralah penguasa dunia maritim yang sesungguhnya.

Bangsa Spanyol belum ada saat pelaut pelaut nusantara sudah menjelajahi dunia. Bahkan dalam sumber yang dikutip Horst, orang nusantara sudah menyerang Afrika Timur tahun 945. Saat itu bangsa Eropa yang kemudian menguasai pelayaran dunia seperti Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris, dan juga Prancis , belum lahir.


Hors H Lieber yang berkontribusi membalik narasi peradaban maritim Nusantara lebih dulu dari Eropa. (ist)

Ada 13 pembicara sampaikan paparan dalam FGD ini, ada pemutaran film tentang Karaeng Pattingaloang dibawa Muhlis Paeni. Selain Horst, narasumber lainnya antara lain ada Ary Prihardhiyanto (LIPI), Daud Aris Tanudirjo (UGM), Bambang Budi Utomo (Arkenas), juga peneliti muda dari Bali, Mukti Ali Asyadzli yang sampaikan paparan tentang pengelana dunia yang penting, bukan Colombus, vasco de Gama, Marcopolo, ataupun Ibnu Battuta. Pengelana dunia yang dilupakan dalam pembelajaran sejarah itu adalah orang Melayu Malaka bernama Panglima Awang alias Eurique de Malacca.

Saya sendiri sampaikan paparan tentang kebesaran kapal kapal Aceh yang mampu menggetarkan pelaut Spanyol, membuat mata pelaut Eropa silau. Sakin besar dan megahnya dan menakutkannya, pelaut Spanyol menjuluki kapal Aceh sebagai teror dunia (Espanto del Munde). Kapal kapal Aceh dilengkapi puluhan meriam, panjang 100 meter, bisa mengangkut ratusan penumpang.

Sumber Spanyol yang dikutip Lombard menyaksikan : “Ada 200 kapal yang sandar di pelabuhan Aceh, sepertiganya merupakan kapal besar yang tidak bisa ditandingi, kapal sebesar itu tidak pernah dibangun negara nasrani manapun”.

Dari kapal kapal besar itulah armada laut Malahayati menyerang Belanda di Malaka, lompat ke kapal Belanda itu menikam mati Cornelius de Hotman. Dalam pelajaran sejarah di sekolah anak anak sekolah kita disuruh menghafal Cornelius de Houtman yang menyerang Banten.

Tapi kapalnya diserang armada laut Aceh dan dia tewas ditangan laksamana perempuan Aceh, tak penting diajarkan. Kacamata kuda apa yang dipakai dalam pembelajaran sejarah kita?

Disamping memakai sumber Eropa saya juga juga menjelaskan dari naskah klasik , hikayat/sejarah tradisional Aceh dan Melayu. Orang nusantara pernah membawa sendiri, dengan kapalnya sendiri, komoditi nusantara ke Afrika dan Timur Tengah.

Narasi penyebaran peradaban nusantara ini dimaksudkan untuk membalik narasi Eropa yang selama ini menggambarkan nusantara sebagai dunia yang pasif, dunia terisolir yang dididatangi, ditemukan barat. Narasi ciptaan Eropa itu pulalah yang sekarang masih mendominasi pembelajaran sejarah di sekolah sekolah dan narasi itulah yang menguasai pikiran orang Indonesia saat ini.

Orang Indonesia hanyalah penonton di pelabuhan pelabuhan, melayani para pendatang barat. Narasi kita selama ini seakan sebagai bangsa di kota kota pelabuhan yang menunggu nunggu nasib datangnya Eropa yang menaklukkannya.

Kalaupun kita kemudian dikalahkan oleh mereka, itu bukan karena kejayaan maritim mereka, bukan pula karena kita tidak punya kejayaan maritim melebihi mereka. Ada penjelasan sejarah yang tidak sederhana atas kekalahan ini. Antara lain kata Susanto Zuhdi , karena kita meninggalkan kemaritiman, menjadi orang darat selama 400 tahun lebih.


Ilustrasi buku Panglima Awang (ist)

Inilah yang antara lain akan dibalik dalam narasi peradaban nusantara lewat FGD ini. Kita pernah jadi penguasa maritim yang sebenarnya, berabad abad. Salah seorang pembicara dalam FGD ini mengutip dokumen, Sriwijaya akan menenggelamkan kapal kapal India, Timur Tengah dan Cina yang coba coba tidak singgah di Sriwijaya. Dan itu 1400 tahun mendahului menteri Susi Pujiastuti yang tenggelamkan kapal kapal asing yang mencuri di sini. (***)