Novel ‘Document’ Diangkat Dari Kaki Pegunungan Meratus

Foto: Cover Novel Document. (ist)

Novel Document
Karya. Eche Subki S
Harga. Rp.150.000
Terbit 22 Februari 2019
Minat hubungi Siti Hajar : 081238119229

Sebuah karya sastra di mana tidak ada sama sekali pretensi untuk menggurui, mengotak-ngotakan mana baik mana yang buruk. Kepelikan problema dalam cerita novel ini tidak sekonyong-konyong dengan cepat mengetahui dan menyadari gejala yang timbul, melainkan memicu pembaca untuk menemukan sendiri jawabannya. Jawaban yang hanya bisa didapat di dalam kehidupan tiap individu.

Bacaan Lainnya

Bukan tanpa tujuan, jika pada bab awal rupanya penulis juga sengaja menyembunyikan sang tokoh utama di tengah gesekan komplikasi sosial yang sangat rumit. Menarik, karena Novel ini menawarkan kaidah yang berlaku di masyarakat dengan memilih judul Document.

Di mana lebih banyak belokan plot-plot dari tokoh-tokoh lain yang mewarnai sepanjang cerita. Sudah tentu pergulatan batin yang disampaikannya mengacu kepada kompleksitas masalah yang tumpang-tindih supaya jalinan kisah ini tidak monoton. Namun tidak mengesampingkan logika cerita melalui pesan-pesan moral yang impresif. Terjalin utuh dan komunikatif.

Akan tetapi segala sesuatu harus melantas pada hujung galah yang akan membawa kesan mendalam. Pertanyaan panjang laksana saput yang tak bisa ditembus, kini pecah bak ombak menebah pantai. Telah bermuara pada akhir cerita pamungkas yang sangat tragis dan memilukan. Dan inilah suguhan cerita kisah anak manusia yang diangkat dari kawasan kaki Pegunungan Meratus.

TENTANG ECHE SUBKI S

Seorang putra Indonesia yang lahir di Kabupaten Sukabumi dan menghabiskan masa remajanya di Kalimantan selatan. Ini adalah seorang penulis produktif yang telah banyak menghasilkan karya-karya, antara lain Novel ‘Lelaki Duka’, ‘Tanah Surga’, ‘Tasbih’, ‘Cinta Berkabut Jingga’, ‘Tukang Burger Keliling Naik Pesawat’, ‘Heroik’ dan beberapa buku antologi puisi yang berkolaborasi dengan penulis lainnya.

Walaupun mengenyam pendidikan formal di SMEAN, namun kemampuan menulisnya menunjukan kegigihannya mendalami dunia sastra secara otodidak tanpa melalui jalur formal dan sudah berhasil menujukan karya-karyanya yang bisa dibanggakan.

Berbekal ilmu ekonomi, Eche lebih cenderung untuk menjadi seorang wirausaha. Dalil bahwa dari sepuluh pintu rezeki sembilan di antaranya adalah didapat dari berniaga, sangat ia yakini sehingga ia lebih memilih menjadi pedagang bukan sebagai orang gajian.

Kini menulis sebagai ungkapan gejolak jiwanya sudah menjadi pilihan. Ia ingin menghabiskan hidupnya dengan tinggal di tempat yang tenang, jauh dari keramaian dan hirup pikuk kota untuk menorehkan ide dan gagasan sehingga bisa berbagi melalui karya yang ia tuliskan.

Harapannya, tulisannya mampu memberi inspirasi, menggugah sekaligus menghibur pembacanya. (**/gr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *