Oleh: Suradin*
DALAM perjalanan pulang dari Bima menuju kampung halaman di Dusun Kuta, Kecamatan Hu’u, Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat. Saya dihadang di pintu palang sekitar 1 kilomenter dari perbatasan Bima-Dompu.
Termometer langsung diarahkan beberapa meter dari arah kepala saya oleh seorang yang berbaju putih.
Mereka berada di barisan terdepan. Mereka ingin mastikan warga melintas mendapatkan pemeriksaan. Kekuatan yang mereka hadapi bukan angkatan perang dengan senjata lengkap, bukan tank, bukan pula monster raksasa seperti yang diceritakan dalam buku-buku dongeng.
Semua barisan dirapatkan, semua pihak bahu membahu, kekuatan di satukan, sebab musuh yang dihadapi bukan lawan yang mudah ditaklukan.
Banyak negara yang kewalahan, rakyatnya setiap saat bertumbangan. Kekuatan musuh begitu digdaya, mereka tidak mengenal suku, golongan, ras, bahkan Amerika Serikat yang super power yang dianggap polisi dunia, kelimpungan menghadapinya.
Mereka yang berada di barisan terdepan, sekuat tenaga, kekuatan, mencoba menangkis kekuatan musuh. Banyak warga yang menepi, lari, menghindar dari serangan musuh yang begitu lincah dan berbahaya. Jika terlambat nyawa melayang.
Nampaknya kekuatan musuh masih belum menandakan tanda kekalahan, dan bahkan musuh nampaknya semakin menjadi-jadi.
Nusa Tenggara Barat yang beberapa bulan lalu warganya belum terpapar serangan musuh, untuk perhari ini 33 orang menjadi tumbang.
Musuh menyerang begitu cepat. Berbagai pelosok daerah mencoba menangkis, menghalau, mendeksi dan menghadang. Palang dibuat di beberapa pintu masuk kelurahan, kecamatan dan kabupaten untuk mengidentifikasi serangan musuh.
Musuh sangat licik, menumpang pada satu object kemudian tersebar kemana-mana.
Jika dalam sejarah perang, militer merupakan barisan utama menghadang musuh. Tapi perang kali ini, mereka yang berbaju putih merupakan pasukan yang siap sedia setiap waktu menghadang musuh.
Di banyak daerah, baik dalam ruangan maupun di jalan raya, mereka menyebar dan berusaha memastikan tidak Ada warga yang terdampak oleh tembakan musuh.
Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang menjadi korban akibat keganasan lawan.
Perjuangan belum berakhir, semua tetap siaga, tetap ada dalam barisan. Segala kekuatan terus mendapatkan suntikan dari berbagai pihak. Para dermawan, baik dari golongan konglomerat, politisi, academisi dan bahkan artis memberikan sumbangan yang tidak sedikit untuk membantu mereka yang berada di barisan terdepan.
Perhari ini semua masih berjuang di medan perlawanan. Melawan musuh yang tak kasat mata, memang tidak mudah, semua serba hati-hati, serba bersih, dan mampu menjaga jarak untuk memastikan semua pihak tidak terkontaminasi.
Sembari melawan, sembari pula bermunajat kepada yang maha kuasa, semoga semuanya akan kembali baik-baik saja seperti sedia kala. Karena kepadanya kekuatan bersemayam, kepadanya kita berlindung dari virus yang bernama Corona. (***)
*Penulis: Suradin, S.S., M.Pd (Guru SMA Negeri 6 Mataram)