PADA awalnya ini berangkat dan Keinginan seorang Guru di SMPN 6 Kota Bangun yang ingin membangkitkan semangat dan antusias para lulusan SD yang berada di desa sebelimbingan dan Sekitarnya, untuk dapat melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah pertama ( SMP ) negeri 6 Tersebut .Mengingat Jumlah sisiwa Samapai ini hanya berjumlah 19 Orang.
Hal ini di pengaruhi berbagai Faktor di antaranya jumlah penduduk yang mempunyai Usia Pelajar  di satu sisi juga di sebabkan kurang pecaya siswa dan orang tua desa sekitar terhadap kwalitas SMPN 6 Kota Bangun ,sehingga mayoritas melanjutkan pendidikan di Sekolah yang berada di Kecamtan Kota bangun,yang di mana di perlukan tambahan beaya di sebabkan jarak tempuh yang jauh, hingg ada sebagain yang kost di kecamatan.
Berangkat dari keinginan di atas Ibu Dwi bersama rekanya Air langga dating Ke sekretariat Jejak Budaya yang berada di Tenggarong untuk meminta bantuan membuat kegiatan di SMP tersebut.Dengan di adakanya event akan mampu memberikan kepercayaan terhadap Sisiwa SD di Beberapa desa sekitar untuk melanjutkan JEnjang Pendidikan di SMPN 6 ,agar jumlah Murid Bisa Meningkat selain itu para orang tua ,Juga bias menghemat pengeluaran untuk keperluan lain dari pada untuk membayar Trasnportasi ataupun Uang Kost.
Atas dasar Keinginan Ibu Dwi tersebut kami dari Komunitas Jejak Budaya mencoba memberikan beberpa bentuk ide dan gagasan juga memberikan masukan untuk mengarah pada Komunitas yang memang sering atau terbiasa dalam dunia Pendidikan. Namun beberpa kali menghubungi masih belum mendapatkan titik temu .Yang pada akhirnya ibu Dwi menyerahkan Semua kepada komunitas jejak Budaya untuk membuat konsep.
Hingga Pada akhirnya lahirlah Tema  “Merajut Cinta Sesama Anak Negeri”  yang di munculkan leh Ketua Jejak Budaya ( Cikal ). Menurut Cikal tema tersebut terinspirasi dari Seorang nenek yang lagi Merajut Benang di sebuah teras Rumah.
Merajut adalah sebuah proses menyatukan benang menjadi karya, dengan menggunakan beberapa istilah di antaranya: crochet atau biasa juga disebut dengan merenda, jenis rajutan yang menggunakan satu jarum dengan ujung yang membengkok). Tusukan dasar yang perlu kita pelajari adalah single crochet (sc), double crochet (dc), half-double crochet (hdc), slip-stich (ss), dan chain (ch). Jika telah menguasai tusukan dasar ini, selanjutnya bisa dikembangkan lewat teknik merajut dengan mengkombinasikan beberapa jenis tusukan untuk hasil yang lebih menarik.
Banyak pola rajut yang dapat dikombinasikan dalam sebuah hasil rajutan, dari simpul awal, tusukan dasar untuk dasar rajutan yang kokoh, sampai beragam kombinasi jenis tusukan yang menghiasi hasil rajutan hingga akhirnya diakhiri simpul akhir. Konsistensi dalam proses merajut jelas dibutuhkan dan menjadi asas berhasilnya rajutan dibuat. Tanpa konsistensi dan ketekunan dalam merajut, hasil rajutan tidak akan pernah selesai karena perlu waktu yang tidak sebentar untuk membuat hasil rajutan bahkan untuk rajutan yang sangat sederhana sekalipun. Dalam merajut perlu proses dan tahapan-tahapan yang
dilalui, perlu latihan dan perjuangan agar menguasainya. Begitupula dengan ukhuwah yang dibina diantara ummat Rasulullah. Ukhuwah Islamiyah, yang menurut Imam Hasan Al-Banna bermakna “keterikatan hati dan jiwa dengan ikatan aqidahâ€, seperti halnya merajut, memerlukan proses, tahapan, dan keistiqomahan dalam membinanya. Setiap komponen penegak tali ukhuwah memiliki peranan yang harus dijalankan bersama, resiprok, berseni, dan harmonis
Merajut itu bisa dilakukan oleh siapa saja Dan yang penting adalah jangan pernah berhenti belajar. Dalam merajut, ada bermacam-macam teknik tusukan yang bisa dipelajari. Setiap saat ada modifikasi baru yang muncul dan memberikan variasi tersendiri dalam rajutan. Misalnya ada teknik merajut granny square, basket wave, tusuk kerang, dan sebagainya. Hidup juga harus demikian. Kita senantiasa harus terus belajar dari siapapun dan dari apapun yang kita kerjakan tentunya dengan harapan agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dan bisa menghasilkan sesuatu yang berguna.,
Berangkat dari filosofi Merajut tersebut maka tertuang Gagasan untuk menyatukan ragam Profesi untuk hadir di Desa Sebelimbinga .Selain Topik Utama yang di sampaikan oleh Ibu Dwi tadi Jejak Budaya juga ingin hadir di desa sebelimbingan untuk menjak siapapun untuk belajar ,menggali Informasi ,Sejarah ,Kebudayaan yang berada di desa Sebelimbingan di tengah padatnya lalu Lintas Globalisasi.
di satu sisi juga Jejak Budaya ingin berbagi dan memberikan kesempatan kepada saudara -saudara di pedalaman saling memperkuat ukhwah Silahturohmi, dengan mengahadirkan Berbagai nara Sumber unrtuk diskusi dalam Sesi Ngapeh Budaya.
Mengingat Desa Sebelimbingan adalah Gerbang setelah di resmikankanya Jembatan Martadipura dengan memiliki jembatan laying yang terpanjang di Indonesia ( 15,6 KM .dengan Harapan dengan adany diskusi mampu memberikan rasangan bahkan formula untuk bias menjadi desa Mandiri dengan menghadirkan karakteristik sebagai pemnafaatan Sumber daya Yang ada ,,baik itu pertanian ,perkebunan ,nelayan hingga kepariwisataan .Mengingat Kabupaten Kutai Kartanegara tidak bias lagi bergantung kepada sumber daya Alam ( Tambang,migas ) hal ini perlu adanya Sebuah kese=inimbangun untuk memunculkan gagasan dan ide – ide Kreatif.
Merajut Cinta sesame anak negeri Juga ingin mengajak Siapapun untuk lebih peduli kepada warisan kebudayaan yang di wariskan Oleh para leluhur,Sebagai generasi penurus seharus nya juga paham dalam proses adanya kebudayaan muncul ,bukan hanya Melihat pada tataran Wujud ( artefak ) degan melakukan analisis atau pendokumentasian dengan menggunakan berbagai nara sumber .Agar kelak Kita juga paham terhadap adanya Pencaplokan Kebudayaan Oleh Negera Tetangga.
Tanpa di pungkiri kemajuan tehnologi komunikasi seakan juga menggeser tuang -ruang Silahtruohmi Secara nyata, yang apada akhirnya akan mencul sikap egoisme yang semakin tinggi ,hal ini dapat kita lihat di berbagi kota- kota Besar dengan pudarnya Budaya Gotong royong juga kepekaan Sosial .
Terima kasih Kepada Seluruh Pihak Yang telah iktu Merajut Cinta dan peserta yang telah mendaftarkan diri untuk ikut dalam kegiatan Ini , Semoga Kegiatan Ini berjalan lancer dan memberikan manfaat hingga kita kembali ke kota kita masing masing – masing. Untuk peserta sendiri saat ini mencapai 80 orang dan akan di tambah dengan warga seblimbingan dan desa sekitarnya, di tulis oleh team jejak budaya kaltim, (biro kaltim/gr)