AKHIRNYA kemarin (20 Mei 2020) saya berhasil masuk hutan Kabupaten Pakpak Bharat, di hutan kawasan kecamatan Pagindar, Sumatera Utara, berbatasan dengan hutan kabupaten Singkil, Aceh. Menakjubkan, hutan dengan ribuan pohon Kapur raksasa itu bertahan sampai kini. Walau ancaman pemusnahan dari para penjarah hutan nampak di depan mata.
Ya, ribuan, seperti mimpi rasanya menyaksikan rimbunan pohon purba yang selama ribuan tahun seperti legenda .Yang saya saksikan kemarin ini ,baru di satu lokasi, sementara masih ada lokasi lainnya.
Jalur perdagangan rempah dunia lewat pelabuhan Singkil, deposit Kapur nya (minyak, kristal) termasuk berasal dari kawasan ini. Pelabuhan Singkil dengan alur sungai nya ke pedalaman menjadi jalur transit komoditi Kamper dari pedalaman Pakpak, puluhan abad yang lalu.
Di Barus, Kapur yang belakangan dikenal sebagai “Kapur Barus” ini, nyaris punah. Tahun lalu dalam jelajah “Kapur Barus” saya temukan hanya beberapa puluh batang di ladang pak Silaban di Siordang. Itupun waktu itu saya merasa sangat takjub. Di bandingkan dengan yang saya saksikan kemarin, tentulah spektakuker sekali yang ada di hutan Pakpak Bharat ini.
Jelajah dan kemah rutin di Hutan Kapur Pakpak ini sedang di gagas dan rencananya dimulai bulan Agustus 2022. Kerjasama Universitas Negeri Medan dengan Pemkab Pakpak Bharat ini akan melibatkan kajian lintas disiplin ilmu di samping untuk keperluan wisata. Merasakan sensasinya menginap di dalam hutan purba, di rumah pohon Kapur/Kamper/ Kafura yang disebut dalam Al Quran (Ichwan Azhari)