Menonton Monolog ‘Senja Diujung Gang’, Puisi Pilu Seorang Ibu

MEDAN – Begitu gong dibunyikan, tampaklah seorang ibu tua sedang membuka kain jendela. Wajahnya yang terlihat separuh gelap, kemudian menjadi nyata.

“Apa kalian sudah lupa pulang? Atau kalian sedang sakit?”

Bacaan Lainnya

Itulah kalimat pertama yang keluar dari mulut ibu tua. Kata kata itu ditujukan pada tiga anaknya yang pergi merantau dan tak pernah pulang. Rindu menyesakkan dadanya yang renta dan kering.

Monolog berdurasi 20 menit ini dimainkan oleh Bunda Jibril (Indah) Jumat (24/10/2018) di Taman Budaya Sumut, Medan,  juga merupakan program bulanan Bengkel Monolog Medan.

Monolog yang naskahnya juga ditulis oleh Bunda Jibril ini berkisah tentang seorang ibu yang ditinggal pergi anak anaknya, Rum, Kasman, dan Romi. Ketiganya merajuk lantaran keinginannya untuk menjual rumah, ditahan ibunya.

Ibunya yang sudah tua jadi terlihat sinting lantaran menahan rindu. Orang membangun rumah dekat gang rumahnya, salah. Orang membangun pagar salah. Nama gang yang kabur, salah.

Ibu tua ini terus menunggu kepulangan anaknya. Akhirnya dia menjadi benar benar gila. Dibuatnya pamplet, “rumah ini dijual”. Seolah olah dengan menjual rumahnya, dia telah berdamai dengan ketiga anaknya dan akan pulang. Padahal tak ada telepon, tak surat. Yabg ada hanya penantian yang panjang tanpa batas.

Bunda Jibril (Indah) sudah bermain watak dalam lakon ini. Dia masuk ke dalam peran tersebut. Pementasan berdurasi 20 menit itu pun, sedap ditonton. (aba)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *