JAKARTA – Pengamat politik Hendri Satrio menilai ada maksud khusus dari Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri menugaskan putrinya Puan Maharani untuk menjalin komunikasi dengan partai politik lain jelang Pemilu 2024.
Hendri meyakini, mandat penting yang diberikan Megawati itu adalah pesan tersirat agar Puan mempersiapkan diri untuk diusung sebagai calon presiden dari PDI-P pada 2024 mendatang.
Dari sekian banyak calon potensial yang ada di PDI-P saat ini, Puan lah yang dinilai paling layak diusung di pilpres mendatang.
“Apalagi, Sekjen PDI-P sudah menyatakan bahwa capres yang dimiliki PDI-P harus memiliki garis ideologi yang jelas dan tegas sesuai dengan amanat yang dikeluarkan oleh semangat , visi, dan misi PDI-P,” kata Hendri, Selasa (19/7/2022).
Hendri mengatakan, sejak awal Megawati memang sudah menyiapkan Puan untuk menjadi pemimpin negeri.
Puan dipupuk karir politiknya oleh Megawati, mulai darimenjabat anggota DPR, menjadi Ketua Fraksi PDI-P di DPR, Menteri Kooridinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, hingga Ketua DPR.
Dengan menugaskan Puan membuka komunikasi ke parpol lain, Megawati dinilai hendak menunjukkan bagaimana kualitas Puan yang kini sudah semakin matang.
“Menurut saya semakin kita bicara langsung dengan puan Maharani semakin kentara kualitas yang dimiliki oleh beliau,” kata pengamat politik dari Universitas Paramadina ini.
Bukan hanya makin mumpuni, Puan juga dinilai layak diusung sebagai capres karena ia memegang teguh garis ideologi PDI-P.
Jadi, Hendri menegaskan, yang dilakukan Puan bukan sekedar upaya komunikasi atau lobi-lobi, tapi juga mempertontonkan jati diri asli PDI-P ke masyarakat melalui parpol lain.
“Semangat demokrasi yang dipupuk PDI-P bisa ditularkan ke partai politik lain melalui sosok puan,” ujarnya.
Hendri pun menilai akan sangat menarik melihat Puan membangun komunikasi dengan partai oposisi seperti Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera.
Pendiri lembaga survei Kelompok Kajian dan Diskusi Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi) ini meyakini Puan bisa membuka komunikasi dengan partai oposisi secara cemerlang.
Sebab, Puan juga pernah punya pengalaman memimpin Fraksi PDI-P di DPR sebagai oposisi saat Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono berkuasa.
“Tentunya PDI-P pernah menjadi oposisi sehingga tak akan sulit komunikasi Mbak Puan dengan Demokrat dan PKS,” kata Hendri.
“Sehingga akan menarik dan jadi tonggak sejarah bagi Indonesia. Sejarah Soekarno yang mempersatukan dibawa puan Maharani dalam misinya,” sambung dia. (dafri jh)