Lomba Macapat se Kabupaten Sleman, Prambanan Borong Kejuaraan

Foto: Peserta Lomba Macepat di Sleman. (ist)

Festival Macapat tersebut diikuti 64 peserta dari masing-masing kecamatan de Sleman yang terdiri atas 34 putra dan 34 putri

SLEMAN – Kecamatan Prambanan merebut 3 (tiga) kejuaraan dalam Lomba Macapat Tingkat Kabupaten Sleman Tahun 2016 yang diselenggarakan pada tanggal 19 Oktober 2016 di Gedung Serbaguna Beran Tridadi Sleman Yogyakarta. Ketiga kejuaraan tersebut diperoleh Ny. Tukiyem sebagai Juara 1 Putri, Ny. Sanikem sebagai Juara Harapan 2 Putri dan Sudaryanto sebagai Juara Harapan 1 Putra. Dengan demikian Kecamatan Prambanan mendominasi kejuaraan yang secara keseluruhan berjumlah 10 kejuaraan untuk kategori putra dan putri.

Bacaan Lainnya

Demikian dinyatakan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Ir. AA Ayu Laksmidewi TP, MM, Kamis 20 Oktober 2016 dikantornya Jl. KRT Pringgodiningrat No.13 Beran Tridadi Sleman Yogyakarta.

Ayu menambahkan bahwa hasil keseluruhan kejuaraan Lomba Macapat Tingkat Kabupaten Sleman adalah untuk kategori putra Juara 1 Agus Prihandoyo dari Kecamatan Sleman dengan nilai 956, Juara 2 Dwiyanta dari Kecamatan Minggir dengana nilai 950, Giyarto dari Kecamatan Mlati dengan nilai 945. Juara Harapan 1 Sudaryatno dari Kecamatan Prambanan dengan nilai 944, Juara Harapan 2 Sartiman dari Kecamatan Tempel dengan nilai 935.

Sedangkan untuk kategori putri Juara 1 Tukiyem dari Kecamatan Prambanan dengan nilai 942, Juara 2 Ninik Tulastri dari Kecamatan Seyegan dengan nilai 929, Juara 3 Siti Nurjanah dari Kecamatan Mlati dengan nilai 921. Juara Harapan 1 Ngatinah dari Kecamatan cangkringan dengan nilai 916, Juara Harapan 2 Sanikem dari Kecamatan Prambanan dengan nilai 914.

Atas kejuaraan tersebut secara berturut-turut masing-masing memperoleh tropy, piagam penghargaan dan uang pembinaan sebesar masing-masing Rp.1,75 juta, Rp.1,5 juta, 1,25 juta, 1 juta dan 750 ribu untuk kategori putra dan putri.

Saat acara pembukaan Ayu menyatakan bahwa maksud dan tujuan diselenggarakannya Lomba Macapat Tingkat Kabupaten Sleman adalah sebagai ajang silaturahmi pecinta budaya khususnya “macapat” di Kabupaten Sleman, menumbuhkan rasa cinta terhadap karya sastra macapat, sarana melestarikan dan menumbuhkembangkan macapat di Kabupaten Sleman, serta menyediakan wahana tampil bagi pecinta macapat.

Festival Macapat tersebut diikuti 64 peserta dari masing-masing kecamatan de Sleman yang terdiri atas 34 putra dan 34 putri. Masing-masing kecamatan mengirimkan 4 peserta yaitu 2 peserta putra dan 2 peserta putri. Adapun materi tembang untuk kategori putra meliputi materi wajib berupa Dhandhanggula Majasih Laras Si Manyura, dan materi pilihan yang meliputi Mijil Kingkin Laras Pelog Barang, Kinanthi Sekar Gadung Laras Pelog Bem. Sedangkan untuk kategori putrid materi wajib berupa Sinom Kentar Laras Slendro Manyura, dan materi pilihan meliputi Aasmaradana Laras Pelog Barang dan Pangkur Dudhakasmaran Laras Pelog Bem.

Tim juri terdiri atas Agus Priyono, A.Md dari SMKI Yogyakarta, Ciptorini dari Dinas Kebudayaan DIY dan Ki Mas Riya Dwijo Ciptawardana dari Kraton Yogyakarta.

Sementara itu dalam sambutan tertulis yang dibacakan Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan SDM Sri Murni Rahayu, SH, MM, Bupati Sleman mengatakan bahwa budaya merupakan salah satu kekayaan peninggalan nenek moyang yang bersifat adiluhung yang tak ternilai harganya sehingga sebagai generasi penerus harus berupaya mempertahankan dan melestarikannya agar supaya tidak mengalami kepunahan.

enal tradisi lisan yang ada di Pulau Jawa khususnya Yogyakarta. Justru mereka lebih banyak mengenal dan familiar terhadap budaya asing dan bahkan merasa malu terhadap budaya sendiri. Oleh karenanya akan lebih utama apabila generasi muda memiliki kepedulian yang tinggi terhadap budaya sendiri. Sebagai contoh tradisi lisan yang memiliki keutamaan adalah tembang macapat.

Tembang macapat merupakan tembang yang menggunakan bahasa Jawa yang memiliki aturan tertentu dengan tiga ketentuan utama yaitu guru gatra, guru lagu dan guru wilangan. Tembang macapat merupakan tembang yang memiliki kandungan mendalam yang berisi petuah-petuah utama untuk menjalani kehidupan bermasyarakat.

Oleh karenanya pelaksanaan lomba seperti ini merupakan hal yang strategis dalam upaya menumbuhkembangkan dan melestarikan budaya Jawa khususnya tembang macapat kepada generasi penerus bangsa. (rl/gr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *