Angklung diatonis, sebuah alat musik terbuat dari bambu yang sudah mendunia, ternyata cikal bakalnya lahir di kabupaten Kuningan
KUNINGAN – Musik tradisi harus dikembangkan supaya tidak hilang. Terkait itu, Pemerintah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, menggelar budaya angklung ‘Angklung Orkestra Festival 2017’.
Dalam kesempatan itu dilakukan juga deklarasi Kabupaten Kuningan sebagai Kabupaten Angklung, pada Minggu (21/5/2017) bertempat di Lapangan Pandapa Paramarta (komplek stadion Mas’ud Wisnusaputra) Kuningan, Jawa Barat.
Sekretaris Kementerian Pariwisata, Ukus Kuswara menyambut baik dan mengapresiasi prakarsa strategis Pemkab Kuningan menggelar even ini.
Mengingat sejak Angklung ditetapkan badan dunia UNESCO sebagai warisan budaya tak benda (Intangible Culture Heritage Humanity) asli dari Indonesia, maka perlu diwujudkan dan diimplementasikan dengan menjaga, memelihara, melestarikan dan meregenerasikan angklung di seantero nusantara.
Angklung diatonis, sebuah alat musik terbuat dari bambu yang sudah mendunia, ternyata cikal bakalnya lahir di kabupaten Kuningan, adalah Daeng Sutigna sang pencipta yang berhasil mengembangkan angklung dalam rangka mengawal amanah UNESCO.
Masyarakat telah menyatakan komitmennya dengan mendeklarasikan Kabupaten Kuningan sebagai Kabupaten Angklung, ini momentum bagi para pemangku kepentingan dalam upaya pelestarian nilai-nilai budaya tradisional untuk mensejahterakan masyarakat.
Alat musik angklung dapat menjadi salah satu simbol persatuan dan kebersamaan. Karena bermusik aklung harus dimainkan lebih dari satu orang, sebab satu angklung memiliki satu nada.
“Tadi masing-masing memegang angklung, ketika konduktor memberi aba-aba untuk membunyikan berbarengan maka terdengar suara enak, artinya ketika kita bersatu padu dan bersama maka akan tercapai cita-cita yang kita inginkan,” ungkapnya.
Pagelaran Angklung Orkestra oleh Saung Udjo Arumba, dimeriahkan juga dengan permainan angklung oleh pelajar SD, SMP, SMA dan UPTD serta musik kolaborasi tradisi dan Rampak Pupuh Guru.
Penonton yang memenuhi lapangan Pandapa Paramarta mencapai seribu orang masing-masing dibagikan sebuah angklung. Secara massal dipandu oleh konduktor dari Saung Mang Udjo memainkan musik dengan lagu Kasih Ibu (lagu anak) dan Ayah (Koes Plus).
Dengan semangat kebersamaan dan keterpaduan menciptakan harmonisasi yang baik, semoga masyarakat Kabupaten Kuningan yang menjunjung tinggi filosofi dan kearifan lokal melalui angklung, akan menjadikan kebersamaan menuju keberhasilan. Mari kita dukung bersama. (kpar/gardo)