Kopi Indonesia Merambah Kawasan Barat Kanada

oleh -446 views
Kopi Indonesia dalam webinar

JAKARTA – Kanada adalah salah satu negara yang penduduknya menggemari kopi. Cuaca dingin di bawah – 38°C kiranya merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi budaya minum kopi penduduk Kanada yang jumlahnya 37,5 juta orang.

Masalahnya adalah apakah produk kopi Indonesia sudah merambah kesana? Acara Webinar ‘Indonesia’s Specialty Coffee-Vancouver, pada 20 Nopember 2020 dimaksud untuk menjawab pertanyaan tadi.

example banner

Dalam pidato pembukaannya, Dubes Prayono Atiyanto menyatakan ”Kita straight forward. Kami telah mengidentikasi masalahnya dan kita ajak ngobrol mitra kita di Amerika Utara, termasuk Kanada. Forum ini juga akan meningkatkan interaksi antar pebisnis, dan pemain kopi langsung dari Indonesia”, kata Dubes/Diplomat Ahli Utama ini.

Selanjutnya Konjen RI di Vancouver, Dr. Tuti Irman menjelaskan bahwa di tengah pandemi, ekspor kopi dari Indonesia terus tumbuh. Pada periode Januari hingga Juni 2020, neraca perdagangan produk kopi olahan mengalami surplus sebesar USD $ 211 juta. Hal tersebut mengindikasikan bahwa permintaan produk kopi dari Indonesia masih tinggi meski terjadi pandemi.

”Kanada merupakan pasar potensial kopi Indonesia”, kata Tuti. Ditambahkan olehnya bahwa meskipun Kanada bukanlah negara penghasil kopi, namun penduduknya merupakan salah satu konsumen kopi terbesar dunia.

Menurut survei Euromonitor, 71 persen dari 35 juta orang Kanada adalah peminum kopi, dan rata-rata orang dewasa di Kanada dapat mengonsumsi 151,1 liter per tahun, peringkat ketiga di dunia setelah Belanda dan Finlandia.

Hadir dalam pertemuan adalah Anton Supriantono Ketua Dewan Kopi Indonesia (Dekopin). Mantan Menteri Pertanian ini menyambut baik dialog antara eksportir kopi Indonesia dan importir kopi Kanada. Dijelaskan bahwa Dekopin telah melakukan kerjasama dengan Menteri Pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan kopi petani Indonesia.

Peluang besar

Beberapa pebisnis kopi Kanada yang hadir dalam Webinar menyatakan bahwa kopi Indonesia memiliki peluang untuk perluasan pasar ekspor khususnya ke Kanada.

Liza Wajong importir kopi Indonesia menyatakan bahwa meskipun dalam krisis pandemi, kopi merupakan minuman penting dalam kehidupan sehari-hari orang Kanada. “Pebisnis Kanada menyukai berdagang langsung dengan petani kopi”, kata Liza Wajong.

Salah satu peserta Webinar adalah Mike Li. Pemilik Café sekaligus pemilik perusahaan coffee roaster lokal di Delta, BC ini memulai usaha sejak 1992. Kopi yang digunakan berasal dari seluruh dunia, terutama Brazil, Kolombia dan Indonesia. Pada tahun 2019 Delta Coffee Work Inc. bersama Nusa Coffee Company menandatangani MOU dengan PT Ikopi Kreasi Mandiri pada saat TEI 2019 untuk penjualan, pengolahan dan pengiriman biji kopi Indonesia di pasar Kanada.

Mike Li warga Kanada ini mengatakan bahwa kopi Sumatera lebih harum dan disukai orang Kanada daripada kopi terbaik Afrika, yaitu Kenya. Namun demikian dia mengingatkan bahwa konsumen di Kanada sangat memperhatikan masalah kesehatan dan lingkungan hidup.

Beberapa produk yang dijual dengan menggunakan predikat tersebut akan sangat diminati oleh konsumen meskipun dengan harga yang relatif lebih tinggi.

Diskusi yang dipandu Dubes Bagas Hapsoro tersebut berlangsung dengan akrab dan inter-aktif. Beberapa nara sumber Kanada secara langsung menanggapi presentasi Natanael Charis dari ”Morning Glory Coffee” dan Ryo Saputra Limijaya dari ”Anomali Coffee”.

Menurut Ryo Saputra dengan didorong oleh pertumbuhan kelas menengah dan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia, kinerja industri pengolahan kopi di dalam negeri mengalami peningkatan yang signifikan. “Contohnya, kita melihat roastery, cafe dan warung atau kedai kopi berkembang pesat, baik di kota besar maupun kota kecil,” tuturnya.

Natanael juga menjelaskan bahwa Indonesia yang awalnya dikenal sebagai produsen kopi, perlahan berkembang menjadi negara konsumen kopi. Bahkan, industri pengolahan kopi nasional tidak hanya menjadi pemain utama di pasar domestik, tetapi juga telah merambah sebagai pemain global. Yang perlu dicatat, kata Natanael, proses pembuatan kopi dilakukan melalui upaya yang transparan. Pemain utama adalah justru petani.

Liza Wajong membagikan ”success story” dari perusahaan kopi Indonesia ”Nusa Coffee Company”. Intinya perusahaan ini telah melakukan hubungan bisnis dengan para petani langsung secara berkelanjutan di beberapa sentra produksi kopi di Bali, Sumatera dan Jawa. Saat ini kopi Indonesia tersebut telah dipasarkan di puluhan toko dan supermarket Vancouver.

Berdasarkan statistik KJRI Vancouver ekspor kopi Indonesia ke belahan barat Kanada yang merupakan wilayah kerja KJRI Vancouver adalah CAD 8.158.251 atau sekitar USD 6,245,549.05. Sedangkan untuk wilayah Alberta sekitar CAD 144.140 atau kurang lebih USD 110,346.38.

Menyadari potensinya yang besar, KJRI Vancouver menjalin kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait kopi di Kanada Barat. Sejak 2018, sudah ada 3 kontainer pengiriman produk green bean dan kopi Indonesia senilai total tiga miliar rupiah.

Pada Maret 2018, KJRI bersama Kantor Promosi Perdagangan Indonesia Vancouver dan TFO Canada menyelenggarakan Indonesian Specialty Coffee: ”From Farm to Cup”.

Beberapa kesepakatan awal

Dari diskusi virtual diperoleh kesepakatan awal bahwa Pimpinan PT Delyssa Prima Indonesia, Daroe Handojo siap mengirimkan 1.000 (seribu) box coffee capsules. Kemudian secara rutin akan mengirimkan 3.000 (tiga ribu) box per bulan selama 6 bulan. Pengiriman akan ditujukan kepada perusahaan Kanada Delta Coffee Work Inc. dan Nusa Coffee Company.

Selebihnya Liza Wajong juga akan melanjutkan pertemuan secara teknis dengan para eksportir Indonesia yaitu Anomali Coffee, Morning Glory Coffee, PT Meukat Komoditi gayo Aceh dan PT ALKO Kopi Sumatra.

Dalam kesimpulan pertemuan Webinar, Dubes Bagas Hapsoro menyatakan kegembiraannya atas antusiasme dan sikap pro-aktif kedua belah pihak untuk memanfaatkan setiap peluang untuk bekerjasama.

Komunikasi sekarang tidak ada masalah karena kita sangat terkoneksi dengan baik. ”Yang menjadi masalah adalah bahwa melalui Webinar ini kita tidak bisa mencicipi dan mencium aroma (smell) kopi”, kata Bagas sambil guyon. ”Namun kami menghargai komitmenpara pengusaha Indonesia terus aktif mengikuti berbagai pameran dan eksposisi yang sering diselenggarakan di Kanada. Cerita sukses Nusa Coffee Company” di Vancouver tentu akan berguna dan dapat diterapkan di negara lain”,” kata Bagas menutup Webinar. (red)