JAKARTA – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) secara terus menerus mengamplifikasi kebijakan Kurikulum Merdeka guna mengoptimalkan pelaksanaan kebijakan tersebut secara komprehensif dan menyeluruh di seluruh lapisan masyarakat.
Sejalan dengan itu, pada hari Jumat (3/2), Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Ditjen PAUD Dikdasmen) menyelenggarakan siniar untuk melihat bagaimana Kurikulum Merdeka dilaksanakan di satuan pendidikan. Acara ini ditayangkan juga di kanal Youtube Direktorat Sekolah Dasar.
Kurikulum Merdeka merupakan kebijakan Kemendikbudristek dalam menjawab krisis pembelajaran (learning crisis) yang selama ini terjadi di Indonesia yang ditambah persoalan hilangnya pembelajaran (learning loss) akibat pandemi Covid-19. Kurikulum tersebut menekankan pembelajaran yang lebih berfokus pada materi esensial dengan struktur kurikulum yang lebih fleksibel sehingga memberi keleluasan bagi guru untuk menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
Kemendikbudristek juga memberikan dukungan teknologi melalui Platform Merdeka Mengajar untuk mendukung satuan pendidikan dalam pengimplementasiannya. Mengusung tema “Mengenal Lebih Dekat Implementasi Kurikulum Merdeka”, siniar yang merupakan episode pertama ini merupakan ruang komunikasi berbagi praktik baik. Acara ini menghadirkan dua pembicara yaitu Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (Direktur Dikmas dan Diksus), Aswin Wihdiyanto dan Guru SDN Pulogebang 02, Andra Octavia.
Mengawali siniar, Aswin Wihdiyanto mengungkapkan bahwa Kurikulum Merdeka yang diluncurkan bersama Platform Merdeka Mengajar sebagai Merdeka Belajar episode ke-15 merupakan salah satu elemen penting untuk mendorong perbaikan pembelajaran.
Aswin menambahkan bahwa Kurikulum Merdeka memberi ruang dan waktu yang lebih banyak untuk pengembangan kompetensi dan karakter peserta didik, juga memberi fleksibilitas bagi sekolah untuk merancang kurikulum operasionalnya sendiri.
Menurut Aswin, aspek fleksibilitas pada kurikulum sangat penting, karena beragamnya kondisi antarsekolah di Indonesia. Dengan kerangka yang fleksibel, Kurikulum Merdeka memudahkan sekolah, termasuk yang minim fasilitas atau berada di tempat yang aksesnya sulit, untuk merancang pembelajaran yang sesuai kebutuhannya.
“Kurikulum Merdeka bisa turut mengurangi kesenjangan pendidikan,” sambung Aswin menggarisbawahi perbedaan Kurikulum Merdeka dengan kurikulum sebelumnya.
Terkait dengan proses implementasi Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan, Aswin menegaskan, bahwa setiap satuan pendidikan harus mempelajari dan memahami terlebih dahulu Kurikulum Merdeka melalui berbagai sumber. Selanjutnya, melakukan refleksi dan menyesuaikan kurikulum dengan karakteristik sekolah masing-masing.
“Setelah mempelajari Kurikulum Merdeka, lalu satuan pendidikan dapat mempelajari karakteristik setiap jalur implementasi Kurikulum Merdeka: Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan Mandiri Berbagi. Setelah itu, satuan pendidikan melihat kemampuan dan kesiapan sekolah terhadap masing-masing jalur tersebut, lalu memutuskan pilihan kurikulumnya,” terang Aswin.
Sebelum mengakhiri, Aswin Wihdiyanto mengatakan bahwa Kurikulum Merdeka pada dasarnya adalah upaya untuk memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk bersama-sama menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik. “Tujuan dari Kurikulum Merdeka, terang Aswin, supaya murid-murid mendapat manfaat maksimal dari program Merdeka Belajar,” tegasnya.
Selanjutnya, Guru SDN Pulogebang 02, Andra Octavia, mengungkapkan bahwa pertama kali ia mengetahui informasi mengenai Kurikulum Merdeka adalah dari Instagram. Rasa keingintahuan membuat Andra mencari informasi lebih lanjut ke SIMPKB tepatnya pada kanal Guru Belajar dan Berbagi.
“Dari situ muncul lagi (informasi) mengenai Platform Merdeka Mengajar dan akhirnya pada saat peluncuran, pada bulan Februari, saya langsung mencoba mengakses Platform Merdeka Mengajar. Di platform ini ada pelatihan mandiri ditujukan untuk guru-guru. Dari sini, kami mulai menggali informasi mengenai Kurikulum Merdeka,” terang Andra.
Belajar dari pengalaman sendiri, Andra mengungkapkan, bahwa Kurikulum Merdeka merupakan kesempatan bagi guru-guru untuk mengeksplorasi diri dalam merancang pembelajaran sendiri, sesuai dengan kemampuan dan karakteristik masing-masing sekolah.
“Dengan kita memahami karakteristik sekolah, kemudian kita diberi keleluasaan untuk mengatur rancangan pembelajaran sendiri, itu menjadi sesuatu yang memerdekakan guru,” ucap Andra. (gardo)