JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong 3 prioritas utama yakni peningkatkan kesejahteraan nelayan dan PNBP perikanan, peningkatan produksi budidaya untuk komoditas perikanan ekspor, serta pengembangan kawasan kampung-kampung perikanan. Guna mencapainya, KKP melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) terus mendorong peningkatan kapasitas SDM, salah satunya melalui penyelenggaraan berbagai pelatihan bagi nelayan, pembudidaya, dan pengolah perikanan.
Pada 16-18 Februari 2021, Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Medan bekerjasama dengan DPD Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menyelenggarakan ragam pelatihan secara serentak di 4 lokasi wilayah yang meliputi:
- Pelatihan Pembuatan dan Perawatan Alat Tangkap Gillnet bagi 50 nelayan di Kab. Aceh Selatan, Aceh
- Pelatihan Teknis Pembenihan Ikan Hias Koki bagi 50 pembudidaya di Kab. Deli Serdang, Sumut
- Pelatihan Perawatan Mesin Kapal bagi 50 nelayan di Kab. Asahan, Sumut
- Pelatihan Diversifikasi Olahan Hasil Perikanan Berbasis Surimi dengan Bread Crumbs bagi 30 pengolah ikan di Kota Medan, Sumut
Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP) Lilly Aprilya Pregiwati mengatakan, penyelenggaran pelatihan ini ditujukan untuk mendorong kapasitas SDM di Sumut guna meningkatkan produksi budidaya, perikanan tangkap, maupun pengolahan perikanan.
“Pelatihan perawatan mesin kapal perlu digelar. Sebagai nelayan, tentunya salah satu hal yang menjadi faktor keselamatan kalau sudah berangkat ke laut adalah kondisi prima dari mesin kapal,” katanya.
Hal tersebut mengingat bahwa tingkat kecelakaan kerja yang dialami oleh kapal ikan dan perahu nelayan masih tergolong tinggi. Dalam kurun waktu 1 Desember 2020 hingga 10 Januari 2021 saja terdapat 13 kali insiden kecelakaan yang dialami oleh perahu nelayan dan kapal perikanan di perairan Indonesia.
“Untuk itu, kami ingin menekankan kepada nelayan bahwa jangan sampai mesin itu rusak baru diservis. Tapi perlu kesadaran untuk melakukan perawatan rutin supaya mesin itu tetap prima. Kalau diperlukan, kita pun bisa membangun bengkel nelayan. Kita bisa berkolaborasi dengan pemda setempat,” tegasnya.
Selanjutnya, Lilly mengatakan bahwa KKP juga terus mendorong program prioritas percepatan penurunan angka stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024. Salah satu caranya yaitu dengan melakukan intervensi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mengonsumsi makanan dengan gizi baik, salah satunya ikan.
“Mungkin masyarakat kita ini masih banyak yang belum suka makan ikan karena amis atau bentuknya kurang menarik bagi anak-anak. Dengan pelatihan olahan perikanan ini, kami harapkan konsumsi ikan masyarakat Sumut bisa meningkat, sejalan dengan program Gemarikan,” ujarnya.
Tak kalah penting, sektor perikanan budidaya juga menjadi salah satu andalan Indonesia dalam menopang perekonomian masyarakat. Tren ikan hias terus meroket di masyarakat, salah satunya ikan koki.
Satu data KKP mencatat bahwa produksi ikan hias nasional terus mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Dari 1,19 milyar ekor pada tahun 2017 menjadi 1,22 milyar ekor di tahun 2018, hingga tumbuh menjadi 1,28 milyar ekor dengan nilai mencapai Rp19,81 milyar pada tahun 2019 (sumber: Satu Data KKP). Angka ini pun terus melonjak di tengah pandemi Covid-19 dengan banyaknya masyarakat yang mencari hobi baru.
“Fenomena ini menjadi angin segar bagi pembudidaya ikan hias karena terus kebanjiran pesanan. Untuk itu, kami mendorong masyarakat supaya bisa memanfaatkan peluang ini untuk membuka usaha baru atau meningkatkan usaha ikan hias yang sudah ada,” tutur Lilly.
Ditemui secara terpisah, Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Sjarief Widjaja berharap, berbagai pelatihan yang digelar dapat memberikan dampak langsung bagi nelayan, pembudidaya, maupun pengolah perikanan di 4 kabupaten/kota di Sumut.
“Walaupun baru bisa 180 orang semoga para peserta ini bisa menularkan ke teman-teman lainnya. Kalau tiap peserta bisa menularkan ke 1 orang temannya saja, akan ada 360 orang yang meningkat keterampilan dan kreativitasnya,” ucapnya.
“Semoga akan muncul kelompok-kelompok usaha baru yang mampu menyejahterakan masyarakat dan meningkatkan pendapatan negara,” lengkap Sjarief.
Senada dengan itu, Anggota Komite II DPD RI Provinsi Sumut Dedi Iskandar Batubara menilai, potensi KP besar yang ada di daerahnya sangat melimpah. Meskipun begitu, pemanfaataannya belum dilakukan dengan optimal. Mayoritas usaha perikanan masih dijalankan secara tradisional. Untuk itu, ia berharap agar pelatihan ini dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi para pelaku usaha KP agar turut meningkatkan pendapatan mereka.
“Saat ini kita hidup di zaman di mana kita dituntut untuk mempunyai kreativitas dan inovasi tinggi. Dalam hal ini, kreativitas kita masih kurang. Masyarakat Sumatera Selatan misalnya punya pempek, kalau Jawa Barat punya siomay. Kita Sumatera Utara punya apa?,” cetusnya.
“Kita memang terkenal mempunyai produksi teri, tetapi itu masih dalam bentuk mentah, bukan olahan. Kreativitas inilah yang perlu kita perlukan sekarang. Jika kita kreatif dan cerdas maka hasilnya akan sangat luar biasa,” ucapnya.
Di akhir sambutan, Dedi menyampaikan apresiasinya kepada KKP atas koordinasi yang telah terjalin baik dengan pihaknya selama ini.
“Saya berterima kasih kepada KKP sebagai mitra kerja Komite II yang aktif melibatkan anggota daerah. Saya yakin, pelatihan ini sangat dibutuhkan masyarakat yang sangat berdampak pada peningkatan skill. Dengan begitu, kami berharap masayrakat KP di Sumut punya skill yang mumpuni,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan Kab. Deli Serdang Syahrifah Alwiyah menyambut baik rencana KKP yang telah menunjuk daerahnya untuk dikembangkan sebagai Kampung Wisata Ikan Hias.
“Sumut khususnya Deli Serdang merupakan salah satu pemasok terbesar ikan hias. Sekitar 20% dari ikan hias di Sumut berasal dari Deli Serdang,” ungkapnya.
Ia pun barharap agar rencana pengembangan kampung wisata yang disertai degan pelatihan SDM ini akan menumbuhkembangkan animo masyarakat untuk berusaha di sektor budidaya ikan hias.
“Terutama di tengah pandemi Covid-19 yang melanda, mudah-mudahan program serupa akan semakin banyak muncul di daerah sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah,“ pungkas Syahrifah.
Sebagai informasi, turut hadir dalam pembukaan pelatihan ini Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Aceh Selatan, perwakilan Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Medan, perwakilan Dinas Perikanan Kabupaten Asahan, Kepala BP3 Medan, serta jajaran widyaiswara dan penyuluh perikanan BP3 Medan. (def)