Kabut Tanah Tembakau (99)

HAMZAH seperti layang-layang putus sejak kehilangan Marlina. Terombang ambang-ambing di bawa angin entah kemana. Ucapan Rabiah masih terngaing di telingga Hamzah. Kalimat yang polos dan jujur dari seorang perempuan menilai seorang pria. Penilaian kerabat dekat tidaklah mungkin keliru, pikirannyaa terus memenuhi benak Hamzah.

“Kau telah jatuh cinta dengan Marina, Hamzah!” ucapan Rabiah ini terus menggema di benaknya.

Bacaan Lainnya

Hamzah sudah kehilangan kesadarannya. Mobil yang dikendarainya terus melaju meninggalkan kota Medan berkilo-kilo meter. Hanya nalurinya saja yang mengendarai mobil. Yang diingat Hamzah mobilnya masuk pintu tol ke arah kota Binjai. Kemudian ia melayang ditelan lamunan.

Begitu sadar, Hamzah sudah memakirkan mobilnya tempat wisata Bukit Lawang. Ia kaget bukan main tiba-tiba sudah berada di Bukit Lawang. Sebuah tempat wisata alam di kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

Hamzah keluar mobil. Melihat sekeliling. Susana sepi. Dia tiba di Bukit Lawang bukan saat liburan sehingga hanya melihat beberapa orang saja.

Dengan berjalan Hamzah menelusuri tempat yang terkenal dengan arus sungainya yang deras dan jernih dan tempat pengamatan Orang utan Sumatera semi-liar di kawasan hutan lindung Taman Nasional Gunung Leuser.

Hamzah menelusuri arah Taman Nasional Gunung Leuser yang penuh hutan lebat khas hujan tropis. Di kawasan pelestarian alam Indonesia yang merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan yang membentang sepanjang pulau Sumatera Hamzah sendiri.

Tiba di sebuah batu di tengah sungai yang tidak dalam namun beraliran deras, Hamzah berdiri. Sambil berteriak seperti sajak yang keluar spontan dari jiawanya:

Wahai Pemilik Alam
aku tak bisa berpaling lagi
kemana aku melangkah
disitu bayangmu

Wahai Yang Maha Agung
Temukan aku padanya

Jiwaku tertambat
di biduknya, remuk!

Pekikan Hamzah di tengah sungai itu menjadi perhatian beberapa turis Eropa dan penduduk setempat. Melihat pemandangan itu semua tersenyum. Apa lagi usai berteriak, Hamzah membuka baju dan celananya. Langsung menenggelamkan dirinya di sungai yang bening dan sejuk. (***)

Pondok Melati,

Regardo Sipiroko

*DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *