Kabut Tanah Tembakau (86)

MARLINA tetap tenang saat bertemu dengan Ruwondo di taman. Merlina sengaja tidak menatap langsung mata Ruwondo. Marlina hanya melihat alis mata Ruwondo yang tebal agar ia tak pernah takluk dengan sosok yang sedang dihadapinya.

“Selamat malam Yang Mulia. Perkenalan ini Marlina dengan dua bibinya,” kata Rakat.

Bacaan Lainnya

Jelita dan Bunga mendorong sedikit Marlina agar maju ke depan. Karena terdorong Marlina maju dua langkah sambil kepala tertunduk. Ruwondo tidak bisa menutupi dirinya yang terpesona melihat Marlina.

“Selamat datang di negeri kami, Marlina! Lama aku menunggumu,” kata Ruwondo dengan mesra.

Seketika Ruwondo menyodorkan tangannya dan langsung disambut dengan Marlina. Dengan cepat Ruwondo mencium tangan Marlina. Diperlakukan seperti seorang putri membuat Marlina grogi.

Melihat Rakat, Jelita dan Bunga masih terpaku, Ruwondo memberikan kode dengan matanya agar ketiga pergi. Secara perlahan ketiganya berjalan mundur dan pamitan. Setelah ketiganya menghilang, Ruwondo mengajak Marlina berjalan ke tepi bukit sambil menatap lembah yang indah.

Marlina berjalan beberapa langkah untuk melihat lembah lebih jelas. Ruwondo memperhatika secara mendetail wajah Marlina. Meski dipelototi tanpa birahi, namun Marlina tetap risih diperlakukan sepetri itu.

“Kamu mirip sekali dengan Benina. Pujaan hatiku. Melihat kau, Marlina, pelita hidupku Benina telah kembali. Hidupku kembali bergairah. Tetaplah di sini, dan jangan pernah pergi kemana pun,” kata Ruwondo dengan suara pelan.

Ruwondo berputar memperhatikan seluruh tubuh Marlina. Marlina tetap mematung. Ia merasa kesal dilihat seperti barang pajangan di sebuah toko barang antik.

“Aku adalah Marlina…! Tidak bisa digantikan dengan siapapun!” kata Marlina tegas.
“Melihatmu, aku melihat Benina hidup kembali!”
“Aku tak mengenal orang Yang Tuan sebutkan. Dan aku tidak akan pernah jadi siapapun,” ucap Marlina lembut dan tenang.

Ruwondo tersenyum. Perlahan Ruwondo mendekati Marlina. Mengelus rambut Marlina dari belakang. Lalu memetik setangkai kembang dan menyelipkannya ke rambutnya. Marlina hanya dingin tak beraksi. (***)

Pondok Melati,

Regardo Sipiroko

*DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *