HAMZAH cukup tenang saat diperiksa oleh Briptu Anto Pasaribu kantor Polresta terkait hilangnya Marlina. Sebagai saksi Hamzah dengan rileks dan tenang menjawab semua pertanyaan penyidik saat ia bertemu dengan Marlina di Bandara Kuala Namu.
Hamzah tidak bisa membohongi dirinya, meski ia seorang jurnalis yang sering meliput dan menulis berita kasus kriminal dan pembunuhan, namun kali ini ia kecut juga. Jantungnya berdebar kencang.
Merasa tidak bersalah, Hamzah mampu menenangkan dirinya. Caranya persis seperti saat ia latihan teater, menarik nafas panjang namun melepaskannya secara perlahan.
“Benar, saya yang menjemputnya dari Bandara Kuala Namu,” kata Hamzah tenang.
“Terus kamu bawa kemana?” tanya Briptu Anto Pasaribu.
“Ke Kesawan pak,” jawab Hamzah.
“Ya. Saya tahu ke Kesawan. Tapi dimana?”
“Restoran Tip Top,” tegas Hamzah.
“Kamu setelah itu kemana?” kata Briptu Anto Pasaribu mencecar.
“Ya. Saya pulang,” ucap Hamzah.
“Itu saja?! Kamu tidak berbohong?” tegas Briptu Anto Pasaribu.
“Tidak pak!” ucap Hamzah.
Briptu memperhatikan wajah Hamzah cukup lama. Semua detil wajah Hamzah disimak. Bahkan mata Briptu Anto Pasaribu tajam memperhatikan mata Hamzah tanpa berkedip. Kemudian duduk di kursi sambil bersandar.
Tidak berapa lama muncul Ayub Badrin, pimpinan redaksi tempat Hamzah bekerja sebagai jurnalis. Ia menjamin Hamzah agar tidak ditahan. Ayub Badrin menjamin Hamzah tidak akan lari dan siap jika diminta keterangan kembali. Atas jaminan wartawan senior sekelas Ayub Badrin membuat Hamzah bisa pulang.
Hamzah banyak terima kasih dengan bantuan Ayub Badrin. Sebagai mentor Ayub Badrin tidak saja mendidik, tapi juga membantu siapa saja yang kesusahan. Termasuk punya kasus di kantor polisi. Seperti yang dialami oleh Hamzah. (***)
Pondok Melati,
Regardo Sipiroko
*DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com