Kabut Tanah Tembakau (79)

TERBENTANG sebuah pemandangan di pegunungan yang indah. Pemandangan seperti lukisan alam yang menawan terhampar luas. Pemandangan ini cukup menggoda siapa saja untuk menikmatinya. Alam orang bunian mempunyai kemiripan dengan alam nyata. Kembang-kembangnya meski indah namun beda dengan alam nyata.

Antara dua bukit, membelah sebuah air terjun dan indah ketika memecah bebatuan disana. Kembang-kembang bertaburan semua sisinya.

Bacaan Lainnya

Air terjun begitu jernih dan sangat segar untuk diminum atau untuk mandi. Di bawah air terjun terbentang telaga yang begitu indah. Telaga di alam lepas sangat indahnya. Air yang berwarna biru sangat bersih membuat mata menjadi termanjakan belum lagi ditambah pepohonan yang tumbuh subur di pinggiran sungai, saling memberikan manfaat satu sama lain.

Dari jalan setapak nampak Marlina, Bunga dan Jelita mendekati telaga yang terbentang di bawah air terjun yang begitu indah. Telaga yang indah menyejukkan mata Marlina. Seperti mempunyai kekuatan magis.

Melihat air yang jatuh dari bukit menggoda Marlina merasakannya. Apalagi di samping sungai tumbuh banyak sekali pohon-pohon berwarna hijau, kuning dan kemerahan. Semuanya tubuh subur di tepi telaga dan meneduhkan mata.

Perlahan Bunga dan Jelita melepas busananya dan menaruhnya di atas batu. Yang tertinggal hanya dalaman, namun masih tetap aurat tertutup. Marlina masih memperhatikan telaga yang begitu menggodanya. Belum pernah Marlina melihat telaga dengan air terjun yang begitu menggoda.

Tak berapa lama, Bunga dan Jelita masuk ke dalam kolam. Marlina masih asik dengan dirinya sendiri.

“Marlina, masuk ke telaga. Airnya akan membikin hatimu tenang,” kata Bunga membujuk.
Mari merendam…
“Air terjun ini akan menyatuhkan dirimu dengan alam ini,” kata Jelita sambil menyiram air ke Marlina.

Marlina menghindar dengan menjauh dan sembunyi di sela-sela batu. Bunga dan Jelita terus menyirami Marlina dengan air telaga. Takut basah kuyub, akhirnya Marlina membuka busananua yang sudah berganti dengan busana orang bunian. (***)

Pondok Melati,

Regardo Sipiroko

*DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *