DEWI Mutiara masuk ketika Mardali Herry sibuk di ruang kerjanya. Dewi Mutiara masuk tergopoh-gopoh masuk dan berdiri di depannya. Lalu menaruh sebuah foto meja kerja. Mardali Herry mengambilnya. Mardali Herry kaget bukan main melihat foto seorang wanita menggendong bayi.
Foto tua dan kusam itu membuat mata Mardali Herry terbelalak. Hatinya jadi terenyuh melihatnya. Dewi Mutiara masih berdiri di depan Mardali Herry.
“Wajahnya mirip sekali dengan Marlina ya?” kata Dewi Mutiara
Tak berapa lama air mata Dewi Mutiara jatuh di pipinya. Mardali Herry jadi salah tingkah melihat istrinya menangis.
“Mirip sekali dengan nenek Sarni,” kata Mardali Herry.
“Saya temukan di lemari Marlina,” ucap Dewi Mutiara.
Mardali Herry langsung teringat dengan cerita ayahnya tentang perjuangan nenek Sarni dan kakek Tugimin yang melarikan diri dari Tanah Deli menjadi kuli kontrak setelah kakek Handoyo menghilang. Ayahnya suka bercerita tentang petualangan nenek Sarni kepada Mardali Herry ketika waktu senggang. Mardali Herry suka sekali mendegar cerita neneknya.
Mardali Herry pun menceritakan tentang nenek Sarni kepada Dewi Mutiara bagimana awal nenek Sarni bisa sampai ke Republik Suriname. Dulu bernama Guyana Belanda atau Guiana Belanda adalah sebuah negara di Amerika Selatan dan merupakan bekas jajahan Belanda. Suriname berbatasan dengan Guyana Prancis di timur dan Guyana di barat. Di selatan berbatasan dengan Brasil dan di utara dengan Samudra Atlantik.
Di Suriname tinggal sekitar 75.000 orang Jawa dan dibawa ke sana dari Hindia Belanda. Nenek Sarni dan kakek Tugimin kembali ke tanah air ketika Lukman Herry, ayah Mardali Herry masih pemuda tanggung. Kemerdekaan Indonesia ditandai dengan pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat pada tanggal 17 Agustus 1945. Momen tersebut menjadi penanda bahwa Indonesia telah terbebas dari penjajahan.
Hal ini sampai juga ke penjuru dunia, termasuk ke Suriname. Orang Jawa yang ada di Suriname yang cinta dengan Indonesia, banyak yang kembali ke Indonesia. Diantaranya Nenek Sarni dan Tugimin. Meski sudah mempunyai pekerjaan tetap di Suriname, Nenek Sarni dan Kakek Tugimin memilih kembali ke Indonesia. Tumpah darahnya. (***)
Pondok Melati,
Regardo Sipiroko
*DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com