MENTARI belum terlalu tinggi ketika Marlina menjepret beberapa kembang yang sedang mekar di halaman rumah Melayu. Ketika sibuk menjpret kembang yang tertata rapi, terdengar suara orang mendehem. Marlina tersentak. Rabiah yang sudah berdandan rapi berada di sampingnya dengan membawa tepak sirih.
Bagi masyarakat Melayu, tepak sirih merupakan perangkat yang sudah tidak asing lagi. Tepak sirih selalu hadir dalam setiap acara atau upacara adat Melayu. Tepak sirih akan menjadi pembuka dalam setiap acara adat Melayu.
Di dalam tepak sirih itu sendiri, terdiri dari berbagai bahan-bahan yang akan digunakan untuk memakan sirih. Mulai dari daun sirih, pinang, kapur, gambir, cengkeh, kacip, hingga tembakau.
“Mau kemana kak?” tanya Marlina.
“Mau ke Pulo Brayan. Ngantar tepak sirih. Ada pula acara kenduri. Besok ada acara pinangan,” kata Rabiah.
“Oh ya, kak bentaran saya mau jalan. Belum tahu sih mau kemana,” kata Marlina.
“Bawa saja kuci rumah. Kakak sudah bawa kunci serap. Hamzah sudah tahu tuh,” kata Rabiah.
“Kak Rabiah naik apa?”
“Naik becak dayung saja. Agak jalan ke depan sikit. Disana banyak becak dayung,” kata Rabiah sambil berjalan.
Setelah Rabiah menghilang dari pandangan, Marlina pun melangkah menuju teras rumah. Duduk di kursi rotan tua sambil menyeruput teh manis yang sudah mulai dingin. Marlina melihat kembang hasil jepretannya dari selulur. Marlina puas dengan hasil jepretannya.
Sedang asyik menikmati hasil jepretannya, seketika semerbak aroma wangi kembang tujuh rupa memenuhi teras rumah Melayu. Marlina merinding. Buluh kuduknya ikut bergidik. Ia menyandari akan datang sosok gaib menemuinya. Sekelebat Marlina melihat dengan ekor matanya ke arah di kursi kosong di sampingnya. Bunga sudah duduk dan tersenyum. Manis sekali. Marlina terkesima.
“Kini saatnya tiba…” kata Bunga.
Mulut Marlina terkunci. Tidak mampu berkata sepata kata pun. Bunga hanya menunjuk dengan jari tekunjuk ke selulur Marlina. Semula Marilina tidak paham dengan sosok yang selelur hadir dalam mimpinya itu.
Saat melihat ke seluler sesuatu keanehan pun terjadi. Gambar kembang yang dijepretnya tadi berubah menjadi gambar bangsal tembakau dan tanah lapang dengan rumbut tinggi serta pohon bambu yang tidak begitu rimbun.
Marlina jadi begidik. Begitu jemarinya menggeser layar touchscreen selulur, tetap saja gambar yang pernah dijepretnya bersama Hamzah di banagsal tembakau kembali muncul. Marlina pun semakin panik. Apa sesungguhnya yang mau disampaikan orang bunian bernama Bunga. (***)
Pondok Melati
Regardo Sipiroko
*DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com