SECARA batin Marlina kian begitu dekat dengan nenek buyutnya setelah berada di tanah Deli. Berjuag dan bertarung menjadi kuli kontrak di perkebunan. Perlahan tabir siapa nenek buyutnya telah terkuak. Perlahan namun pasti.
Marlina pun mulai menyadari adanya dorongan yang begitu kuat untuk mengetahui perjalanan leluhurnya di perkebunan tembakau sebagai kuli kontrak.
Marlina menitikkan air mata. Mengenang perjalanan nenek buyutnya Sarni yang begitu keras. Ia berharap dapat menyaksikan kembali epiosde lain dari perjalanan seorang wanita perkasa yang begitu mirip dengan dirinya.
Tanpa disadari sebelumnya, kejadian mistis dan pertemuannya secara tak langsung dengan Sarni dalam penggalan cerita membuatnya ingin memasuki kehidupan masa lalu.
Ruh Marlina kembali melayan-melayang menuju potongan cerita tentang pelarian Sarni bersama Tugimen.
Sinar mentari menerobos masuk dari celah-celah dinding bambu gubuk reot mengenai wajah bayi Sarni. Merasa panas bayi pun menangis sejadinya.
Tugimin tersentak dari tidurnya. Ia terbagun ketika bayi Sarni menanagis karena haus minta netek.
Tak tega rasanya Tugimin membangunkan Sari yang masih tertidur pulas. Perlahan di ambilnya sang bayi dan ditimangnya.
Ketika mengambil bayi itulah batin Tugimin beregetar melihat kecantikan wajah Sarni. Bibirnya yang selalu basah dengan alis yang tebal indah membuat Tugimin terpukau.
Ah, Tugimin tak tahan menyaksikan keindahan itu lama. Lalu dibawanya bayi Sarni turun sembari bersenandung pelan biar sang bayi berhenti menangis. (***)
Bogor
Regardo Sipiroko
*DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com