ROY memandang air hujan jatuh dari atap restoran Killiney Kopitiam, Merdeka Walk Medan. Duduk sendiri di sebuah pojok. Kopi di cakirnya tinggal setengah. Beberapa pasangan duduk di sambil menikmati hidangan makan malam. Hujan membuat restoran agak sepi. Kota Medan sejak sore tadi hujan. Beberapa menit berhenti, kemudian hujan lagi. Membikin orang malas keluar rumah.
Bayang-bayang wajah Marlina terlihat diantara air hujan yang jatuh di trotoar di depan restoran. Roy harus menemukan Marlina dengan segera. Untuk itulah dia datang sendiri ke Medan untuk menemui Marlina. Pujaan hatinya.
Dua pria berlari menebus hujan yang sudah mulai redah. Memasuki restoran menemui Roy yang sedang memandangi rintik hujan. Roy tak sadar dua orang itu sudah berdiri di sampingnya.
“Mas Roy…” sapa Anton.
“Oh Mas Anton. Silakan duduk. Anton dan temannya duduk berhadapan.
“Ini, mas. Yang saya katakan kemarin, Bang Edison itu. Nama bekennya Edi. Abang ini punya relasi banyak di kota Medan. Dia aktif di Ormas juga,” kata Anton.
Edison yang berbadan gemuk, bulat dan rambut lurus menganggukkan kepalanya. Padangannya tajam. Sesekali ia memainkan zippo dengan tangannya.
“Kita bisa cari orang biar sembunyi di lobang semut sekali pun di kota Medan ini,” kata Edison sesumbar.
“Ya. Bang Edi ini akan bantu kita,” kata Anton meyakinkan.
Roy memperhatikan Edi. Dari potongannya Roy yakin Edi mampu menemukan Marlina di kota Medan ini. “Malam ini, kami akan bergerak!” kata Edi.
“Mas Anton, bantu Bang Edi ya. Segala sesuatunya nanti diatur dengan Mas Anton ini,” kata Roy.
Setelah merencanakan agenda pencarian Marlina, Edison dan Anton meninggalkan Roy sendiri di restoran. Roy berjanji, jika menemukan Marlina lebih cepat, akan memberikan bonus tambahan.
Sebagai calon suami Marlina, Roy ingin buktikan kepada Dewi Mutiara, calon mertuanya, bahwa dirinya mampu melindungi Marlina dalam situasi apapun. Inilah alasannya Roy datang ke kota Medan. Roy berharap banyak dengan kerja Anton dan Edison sukses. Supaya dapat membuktikan ia adalah calon menantu yang berguna dimata Dewi Mutiara dan calon Gubernur DKI Jakarta Mardali Herry. (***)
Pondok Melati
Regardo Sipiroko
*DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com