Kabut Tanah Tembakau (34)

USAI lagu kedua Pucuk Pisang, telangkai Ratno Ayumi, seorang penyampai atau pembawa acara yang terkenal menyampaikan beberapa pantun. Retno Ayumi mampu menyihir penonton dengan pantun-pantun spontanitas yang cerdas. Tak jarang juga penonton tergelak-gelak dengan pantunnya.

Marlina begitu terkagum dengan kekayaan budaya Melayu yang selama ini sangat jarang ditemukannya di Jakarta atau di belahan dunia lain. Apalagi telangkai Retno Ayumi dengan busana teluk belangga khas Deli. Berwarna biru lembut dari bahan satin Velvet yang adem dan elegan, serta di padukan dengan songket cantik yang serasi dengan warna bikin Retno Ayumi kian gagah.

Bacaan Lainnya

Hamzah senang melihat Marlina tergelak-gelak. Rasa gembira yang keluar begitulah saja. Mengalir dari rasa kekaguman. Apa adanya. Hamzah tak menyangka gadis milenial menyukai budaya tradisional. Hamzah kian bersemangat.

Malam terang bulan. Langit penuh bintang. Susana pun makin meriah. Biduan bersiap-siap membawakan lagu Sri Mersing. Tiba-tiba angin gencang bertiup. Rambut Marlina berkibar. Udara semakin sejuk. Aroma wangi semerbak di sekitar arena oanggung. Bulu kuduk Hamzah bergidik. Seketika susana jadi magis.

Musik mulai mengalun. Biduan menyanyi lagu Sri Mering dengan penuh penghayatan. Mata Marlina menjadi kebiru-biruan. Senyumannya kian manis. Sorot matanya nan indah kini menjadi tajam. Gerakannya elastis. Hamzah agak kecut. Seketika Marlina menyambar tangan Hamzah untuk naik ke atas panggung.

Hamzah tak bisa nolak dengan ajak Marlina. Hamzah kini yang gugup. Mengapa Marlina seberani ini, pikirnya. Layaknya penari Ronggeng profesioanl, Marina mengikuti irama musik Pakpung. Lembut menggerakkan tangannya dengan gerakan jari yang lemah gemulai. Hamzah terkesima. Penonton yang menyaksikan Marlina pun berdecak kagum. Syair lagu pun mulai dilantunkan.

Sri Mersing lagu Melayu
Dendangan anak seorang biduan
Walaupun zaman terus berlalu
Budaya kita lupakan jangan

Sri Mersing lagu Melayu
Dikarang oleh orang dahulu
Hatiku risau bertambah pilu
Terkenang nasib dagang piatu

Sri Mersing lagu Melayu
Nyanyian anak seorang biduan
Walaupun zaman terus berlalu
Budaya kita lupakan jangan

Seri Mersing Lagu Melayu
Gurindam jiwa rentak senandung
Walaupun banyak lagu yang baru
Lagu lama tetap dijunjung

Seri Mersing Lagu Melayu
Dinyanyikan putri dari seberang
Pikiran pusing menguncah kalbu
Tuan dinanti tak kunjung datang

Sampai syair terakhir dari lagu Sri Mersing Marlina menari dengan gemulai. Hamzah mampu mengimbanginya. Semua para penonton dengan pasangannya turun dari panggung. Marlina tersenyum manis. Tapi senyumannya malam ini sangat berbeda sekali. Seperti ada kekuatan magis. Hamzah pun bertanya dalam hati penari mana yang merasuki Marlina?

Pondok Melati

Regardo Sipiroko

*DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *