Kabut Tanah Tembakau (33)

MALAM semakian hangat. Musik Pakpung Medan semkain meriah. Marlina dan Hamzah menikmati musik Pakpung sambil menikmati kue Rasidah. Para penonton naik ke atas panggung dengan gembira. Menarik dan berpantun lewat musik Pakpung. Itulah sebabnya, Ronggeng Melayu melibatkan tari, sastra, dan musik sekaligus yang terdiri dari tarian sosial berpasangan.

Meskipun kesenian ini disebut sebagai kesenian Melayu, tetapi para pelakunya pencipta lagu, pemusik, dan penonton tidak eksklusif hanya orang Melayu saja, tetapi berasal dari multi-etnis yang bergaul dan berinteraksi di tanah Deli sejak zaman kuli kontrak dulu. Ada orang Mandailing, Karo, Toba, India, China, Jawa, Betawi, Sunda, bahkan keturunan Benggali.

Bacaan Lainnya

Kekayaan tradisi musikal, ungkapan-ungkapan dalam pantun, gerakan tari yang berkembang dalam ronggeng adalah kontribusi multi-kultur yang melatari perjalanan sejarah ronggeng sebagai kesenian rakyat. Penari wanita tidak boleh di pegang seperti penari Roggeng di Tanah Jawa.

Usai menikmati kue Rasidah dan meneguk segelas bandrek hangat, Hamzah menarik tangan Marlina untuk menari di atas panggung bergabung dengan penton lainnya. Semuanya berpasangan. Marlina bergerak mengikuti irama musik. Sebagai putra Melayu, Hamzah lincah menari ketika biduan membawa lagu Pucuk Pisang.

Pucuk Pisang

Pucuklah pisang sibunga rampai
Harum semerbak disenjalah hari
Sunggulah bimbang kasih tak sampai
Tinggallah daku seorang diri

La….la…. pucuklah pisang sibunga rampai
La….. la…. Hatiku sedih kasih tak sampai

Pucuklah pisang warnanya hijau
Diterpa angin gugurlah ke bumi
Hatiku sedih mengenang dikau
Terbawa sampai kedalam mimpi

La…… la… pucuklah pisang warnanya hijau
La…… la…. Hatiku sedih mengenang dikau

Marlina bahagia sekali. Saat menari ia seperti melayang. Kaki Marlina lincah mengikuti irama musik meski ini pertama kalinya meronggeng. Hamzah kagum dengan gerakan Marlina.

“Kamu bisa menari juga,” kata Hamzah. Marlina tertawa mendengar pujian Hamzah.
“Saya tak bisa menari Hamzah,” katanya sembari menari mengikuti gerakan Hamzah.

Keduanya hanyut dengan musik Pakpung. Bagi Marlina Ronggeng kesenian tradisional yang cerdas. Biduan harus bisa spontanitas menciptakan pantun. (***)

DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *