MARDALI Herry memperhatikan foto bangsal tembakau di Saentis dengan teliti. Tangannya mulai gemetar. Matanya melotot ketika memperhatikan dengan teliti foto bangsal di Seantis pemberian Dewi Mutiara. Jidannya berkerut. Kenangan cerita Sarni, nenek dari ayahnya, menembus ruang dan waktu. Rasa rindu kepada nenek Sarni memasuki relung hatinya.
Mardali Herry mulai ingat cerita Sarni tentang bangsal tembakau Seantis. Meski artikulasi yang tak jelas, Sarni sering cerita tentang riwayatnya saat di bangsal tembakau. Karena pikun, cerita Sarni melompat-lompat dan kurang jelas. Tapi, Mardali Herry suka mendengar cerita Sarni yang ketika itu usianya sudah mencapai 90 tahun.
Seketika Mardali Herry teringat album foto peninggalan ayahnya yang masih tersimpan di lemari di ruang kerjanya. Dewi Mutiara memperhatikan ekspresinya Mardali Herry. Tak lama, Mardali Herry beranjak ke ruang kerjanya.
Mardali Herry melangkah ke ruang kerja pribadinya. Dewi Mutiara mengikuti langkah Mardali Herry dengan sejuta pertanyaan. Setelah menyalakan lampu, terlihat ruang kerja yang besar. Asri dengan taman kecil di pojok ruangan. Kalau siang sinar matahari menyentuh taman. Di samping meja kerjan penuh dengan lemari buku-buku.
Mardali Herry membuka lamari kaca dan mengambil sebuah album tua. Sambil duduk di meja kerja, Mardali Herry membuka lembaran album. Pada bagian tengah album Mardali menemukan banyak foto bangsal tembakau di Tanah Deli. Nafasnya mulai tak beraturan.
Di luar jendela seketika ada angin kencang. Pohon-pohon bergerak. Jendela seperti bersuara. Bayangan melintas. Mardali Herry masih menyimak foto album kenangan ayahnya ketika berkunjung ke Museum Leaden, Belanda tahun 50-an. Dalam satu lembaran album ada foto yang hilang. Mardali Herry kaget ketika tangan halus menyentuh lengannya.
“Marlin mengambil foto bangsal tembakau dari album ini,” kata Dewi Mutiara yang berada di sampingnya. “Marlin kenapa tertarik dengan foto bangsal tembakau?” Kata Dewi Mutiara.
“Penuh misteri,” kata Mardali Herry. Seketika aroma kembang menyeruak. Di jendela bayang-bayang berkelebat melintas. Mardali Herry dan Dewi Mutiara saling pandang. Keduanya merinding. Perlahan keduanya meninggalkan ruang kerja dan membiarkan album tergelatak di atas meja. (***)
*DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com