DEWI Mutiara memandang ke arah Bundaran Hotel Indonesia yang macet dan panas. Segala jenis kenderaan berseliweran. Pikirannya entah kemana. Batinnya tak tenang. Dongkol. Dewi Mutiara mereka-reka kesalahan apa yang dilakukannya sehingga anak gadisnya pergi tak memberikan kabar.
Ponselnya berdering. Dewi Mutiara tersentak. Lalu mengambil ponselnya yang terletak di atas meja kerjanya.
“Ya. Bagimana Anton? Marlin kemana?” Tanya Dewi Mutiara.
“Dari CCTV Bandara, Marlin boarding ke Kuala Namu,” jawab Anton.
“Ngapain sih Marlin pake ke Medan segala?!”
“Nggak tahu bu!”
“Kayak kagak pernah liburan! Duh, tuh anak! Tolong dik Anton cari tahu, Marlin di Medan sama siapa dan urusan apa?!”
“Siap Bu!”
“Lebih cepat lebih baik ya dik Anton. Oh ya, tolong whatsapp ya no rekeningnya. Maaf sebelumnya,” kata Dewi Mutiara lembut.
Setelah menutup ponselnya, Dewi Mutiara bersandar di kursi kerja. Lama ia merenungi dirinya. Apa yang telah ia perbuat terhadap Marlina. Tidak ada yang salah. Hubungannya dengan Marlina baik-baik saja. Lantas bagaimana dengan Roy? Apakah Marlina punya masalah dengan calon suaminya anak pemilik smelter nikel itu?
Dewi Mutiara tiba-tiba ingin pulang. Ingin melihat kamar Marlina. Lama Dewi Mutiara tidak masuk ke kamar anak gadisnya itu. Tentu karena kesibukannya sebagai seorang komisaris di perusahaan swasta. Entah kenapa hari ini Dewi Mutiara ingin sekali ke kamar Marlina.
Dewi Mutiara meninggalkan ruangannya. Di ruangan sebelah sekretaris pribadinya menyapanya.
“Bu, mau kemana?”
“Mau pulang,” jawabnya.
“Oh ya bu. Nanti ada meeting pukul dua,”
“Tunda saja,” ucap Dewi Mutiara sambil berlalu.
Sekretarisnya mencoba meminta penjelasan, namun Dewi Mutiara sudah menghilang. Dia juga heran mengapa masih pagi bosnya sudah pulang? (***)
Pondok Melati
Regardo Sipiroko
*DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com