Kabut Tanah Tembakau (12)

KAMAR yang ditempati Marlina sudah cukup tua. Marlina kaget bukan main ketika melihat kasur, sprei dan sarung bantal tertata dengan rapi dan wangi. Siapapun akan merasa nyaman rehat di kamar berdinding kayu yang mulai lapuk itu.

Marlina membuka ranselnya dan menyusun bawaannya ke meja yang terdapat di samping lemari jati tua. Ketika melihat ponselnya, Marlina langsung duduk di kasur. Jika ponsel dinyalakan, maka akan mendapatkan ratusan pesan dari mama dan papanya. Lama Marlina berpikir sambil memperhatikan foto tua di dinding kamar. Perlahan Marlina beringsut dan rebahan sambil memutar-mutar ponselnya.

Bacaan Lainnya

Pagi tiba. Mentari bersinar menyirami bumi Tanah Deli. Marlina berada di tanah padang ilalang dengan merentangkan kedua tangganya sembari menarik nafas dan melepaskannya perlahan. Kejauhan terlihat bangsal-bangsal tempat penggeringan tembakau. Berjejer dan tua. Angin sepoi secara mendadak menjadi kencang. Baju putih dan rambut Marlina yang sebahu berkibar-kibar.

Dari arah dua bangsal mucul wanita jelita berbusana Melayu. Sosok wanita cantik ini datang lagi menemuinya. Mendekatinya secara perlahan. Anggun dan wangi. Ia tersenyum ramah kepada Marlina. Ia tidak kecut apa lagi takut.

“Marlina kau telah sampai di tanah leluhurmu,” kata wanita jelita dengan wajah suara lembut.

“Leluhur saya tidak disini, tapi di tanah Jawa,” Kata Marlina.
“Kamu akan mengerti pada waktunya.”
“Saya tidak paham…”
Wanita jelita tertawa manis. Marlina semakin bingung.
“Jangan murung Marlina…” Kata wanita jelita sambil mengusap rambut Marlina.
“Ikuti saja kata batinmu,” ucapnya lagi.
“Saya tidak ingin,” ucap Marlina.
“Kamu tidak punya pilihan Marina,” katanya pelan.

Sontak Marlina bangun dari tidurnya. Keningnya basah. Marlina langsung duduk. Jam di kamar menunjukan pukul 05.00. Nafasnya ngos-ngosan. Dengan pelan Marlina menenangkan pikirannya sambil mengingat mimpi yang yang baru tadi dialaminya. Ini sudah mimpi kesekian kalinya dialami Marlina. Tapi mimpi kali ini lebih tegas dan nyata. (***)

Pondok Melati

Regardo Sipiroko

*DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *