Kabut Tanah Leluhur (71)

oleh -201 views

SEBUAH lahan pertanian jagung dan persawahan cukup luas. Banyak buruh yang bekerja. Para pekerja begitu rajin dan cekatan. Tekun karena diawasi oleh mandor. Meski mirip alam nyata, namun tanaman perkebunannya agak berbeda. Bintang sapi dan kerbau agak mirip, namun ada perberbedaan. Yang membedakannya sapi dan kerbau di alam nyata, yakni telinga yang panjang dan bertanduk kecil.

Para kuli bekerja rodi. Mereka berkerja dengan diawasi olah para mandor terbilang kejam dan sadis. Para Mandor berdiri diantara para perja rodi. Siapa saja yang malas akan dicambut tanpa belas kasihan.

Di tengah perkebunan terlihat seorang pangeran di atas kuda semberaninya. Ia adalah Ruwondo pemimpin perang kerajaan bunian. Berdiri angkuh mengawasi setiap pekerjaan. Dia tidak banyak bicara. Hanya mondar-mandir di atas kudanya. Saat melewat para mandor, maka mereka pun tundukan kepalanya.

Dari kejauhan beberapa tawanan sedang digiring ke perkebunan tangan dan kaki mereka dirantai. Ada yang terjatuh, lalu tanapa belas kasihan seorang Mandor memukuli punggungnya dengan cemeti.

Kuli itu bangkit dan berjalanan beberapa langkah. Mandor mencoba memapahnya, melihat kejadian itu darah Ruwando mendidih. Lalu Ruwondo mendekati rombongan tawanan tersebut dan turun dari kudanya. Langsung Ruwondo menendang Mandor hingga terjerembab.

“Sekali lagi kamu memberikan belas kasihan, aku penggal kepalamu!” kata Ruwondo kepada Mandor Bunian yang belas kasihan kepada pekerja.

“Ampun yang mulia! Saya tidak akan ulangi,” kata Mandor Bunian.

Ruwondo langsung mengambil cemeti Mandor dan memukuli tahanan berulang-ulang, sampai tidak bersuara lagi. Tawanan dan para mandor pun takut. Semua hanya diam dan tak berani bersuara, kecuali tawanan yang dipukuli itu.

“Ini kepada kalian semua! Jangan coba-coba melawan perintahku! Mengerti…!”
“Mengerti yang mulia!” jawab semua serentak.

Dari arah yang berlawanan, Rakat berlari dengan tergopoh-gopoh mendekati Ruwondo. Tapi ketika hendak mendekat, seoarang Mandor menghalanginya.

“Aku ingin bertemu Yang Mulia, Panglima…Aku membawa pesan,” kata Rakat.
Ruwondo memberikan kode dengan kepala mandor pertanda Rakat diperkenankan menemuianya. (***)

*DILARANG mengutip keseluruhan atau sebagian dari Novel Mini ini dalam cuplikan atau utuh untuk film, video, audio, tulisan atau bentuk apapun tanpa izin dari www.gapuranews.com