Hidup Yang Bahagia, (5), Novel by Ayub Hamzah

“Begini Mak.Emang tak ada hak apapun kami di media itu. Kata orang pusat, yang menjadi pengelola itu memang si Yanto, ” jelas Yacob pada Istrinya.

“Tapi maksudku, biarlah orang Jakarta menetapkan begitu. Itu antara mereka dengan si Yanto. Tapi antara kami dengan si Yanto kan ada tali pertemanan, jadi janganlah main tangan besi gitu.”

“Dia main kewenangan jabatannya sebagai Pemred, ” sambung Yacob pada istrinya malam hari saat mau tidur di kamar mereka.

“Jadi cemana seterusnya? ” tanya Nia cemas.

“Yah terus ku tanyalah sama si Yanto, maksud dia memperlakukan aku seperti ini apa? “

“Kan cari ribut namanya ini. Tapi ini hari baik bulan baik. Mestinya tak ada pertengkaran, “

“Yalah hanya lucu dan gak masuk akal saja Pak, masa Bapak dicopot, disaat gak digaji, kan lucu itu, ” kata istrinya.

“Yang lebih lucu, si Bambang tak dipecat. Apa maksudnya ya? ” sambung Nia lagi.

“Ya itu. Padahal Bapak dapat apa. Maksudku jika pun tidak bergaji, ya macamanalah solusinya. Apa dikasi biaya paket kek atau gimana lah kebijakan dia, ” jelas Yacob.

“Ya sudahlah Pak, anggap saja ini THR, ” ujar Nia pasrah.

***flash back dikit

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *