PEMERINTAH Kabupaten Klungkung tengah melakukan sejumlah persiapan untuk menggelar event Festival Semarapura 2016, yang akan diadakan pada 28 April sampai 3 Mei mendatang dan dipusatkan di Monumen Puputan.
“Festival Semarapura 2016 kali ini tidak mengadakan pawai budaya seperti tahun sebelumnya. Sebagai gantinya, berbagai pergelaran seni dan hiburan akan dilaksanakan di Panggung di Monumen Puputan Klungkung,†ujar I Wayan Sujana, Kepala Dinas Budpar Klungkung selaku leading sektor Festival Semarapura, Sabtu (2/4).
Menurut dia, Festival Semarapura kali ini diintegrasikan acara Launching Program Gema Santi (Gerakan Masyarakat Santun dan Inovatif ), pameran dagang (expo trade) dan job fair. Acara akan dipusatkan di Monumen Puputan Klungkung, sepanjang Jalan Untung Surapati sampai Jalan Diponegoro, Semarapura, di mana akan diadakan pameran dagang dan kuliner.
“Pada 29 Maret lalu, diadakan launching wisata dalam kota atau City Tour, dengan mengundang para travel agent seperti Asita dan pelaku pariwisata lainnya. Ini sesuai gagasan dan arahan bapak Bupati,†ucap dia.
Rute City Tour akan dimulai dari parkir pasar senggol, kemudian mengarah Monumen Puputan Klungkung menuju Puri Klungkung. Dari Puri Klungkung rute menuju Lapangan Puputan, memasuki ke Kertha Gosa, hingga ke pasar seni.
“Dari Pasar Seni Klungkung, peserta City Tour akan kembali ke parkir,” ucap Sujana. Untuk merealisasikan rangkaian launching City Tour Semarapura, terlihat berbagai penataan dalam kota. Mulai penataan parkir senggol, Monumen Puputan Klungkung, Lapangan Puputan, gapura menuju Kertha Gosa dan pintu masuk ke pasar seni dan pintu masuk parkir senggol.
Karenanya, kata dia, pengerjaan penataan Monumen Puputan Klungkung dikebut agar bisa selesai sebelum acara itu. Untuk menghindari terjadi kerusakan taman dan potensi kerusakan lainya di areal Kertha Gosa akibat penonton yang berdesakan, Festival Semarapura 2016 tidak mengadakan pawai seperti tahun sebelumnya.
“Sedangkan penonton akan ada di depan monumen, ada jarak dengan menggunakan sekat pagar besi. Ini sudah disetujui Bapak Bupati,†pungkasnya.
Pada kesempatan berbeda, tradisi Tumpek Kandang di seluruh desa/ kelurahan di Pulau Dewata pada 30 April 2016 akan menjadi salah satu pesona pariwisata Bali. Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam keterangan di Jakarta, Minggu (3/4), mengatakan wisatawan mancanegara mencari keunikan dan kelangkaan tradisi yang bersanding rapi memegang teguh adat.
“60 persen wisman mencari objek-objek yang tradisinya masih kuat seperti Bali,†katanya.
Tumpek Kandang merupakan salah satu upacara dalam rangka memuja keagungan Tuhan dengan cara melakukan pemeliharaan sebaik-baiknya atas ciptaan-Nya berupa binatang ternak atau hewan peliharaan.
Tradisi ini dilakukan Sabtu Kliwon Wuku Uye menurut perhitungan kalender Bali-Jawa, dalam enam bulan sekali.
Kepala Dinas Pariwisata Bali AA Gede Agung Yuniartha mencontohkan sapi sangat membantu manusia, tenaganya untuk bekerja di sawah, susunya untuk kesehatan manusia bahkan kotorannya bermanfaat menyuburkan tanaman.
Sapi, kerbau, kuda, babi, anjing, kucing, ayam, burung, unggas, serta binatang lain akan diikutsertakan salam upacara Tumpek Kandang di pura setempat, dipimpin oleh pemuka agama Hindu.
Salah satu tempat upacara ini ada di Bali Zoo di Singapadu, Kabupaten Gianyar. Secara simbolis, satwa dikeluarkan dari penangkaran untuk menjalani tradisi itu.
Pemuka agama setempat menghaturkan sesajen sebagai simbol penghormatan kepada dewa penguasa satwa yakni Sang Hyang Rare Angon sebagai perwujudan Dewa Siwa disertai doadoa memohon keselamatan kepada seluruh satwa. “Budaya Bali yang unik dan wisatawan akan datang walaupun Tumpek Kandang sekadar tradisi terhadap binatang peliharaan namun begitu indah jika diikuti ritualnya,†pungkas Agung.
Sementara itu, wisata naik gajah sembari menyaksikan pemandangan lembah, persawahan, hutan dan sungai di kawasan Carangsari, Petang, Kabupaten Badung, Bali, diminati wisatawan mancanegara.
“Rute wisata naik gajah Sumatera sekitar 60 menit. Wisatawan asing yang berminat akan diajak menyusuri lembah dan lainnya, dengan kondisi pemandangan alam yang masih alami,†ujar praktisi wisata, I Gusti Ayu Agung Inda Trimafo Yudha di Kuta, Minggu.
Menurut wanita yang akrab dipanggil Gung Inda, mayoritas wisatawan yang berminat mencoba atraksi wisata gajah berasal dari Eropa dan Asia. Namun, peminat dari wisatawan domestik belakangan juga makin bertambah.
Dia meneruskan, wisatawan yang mengikuti wisata gajah akan menjelajah wilayah seluas 10 hektare dengan pemandangan luas menghijau. Seperti sayur-sayuran di perkebunan penduduk dan padang bunga.
Rute berikutnya menyaksikan kolam gajah, siamang, dan burung di habitat alami mereka. Melihat ke bawah Sungai Ayung yang menawan, dilanjutkan dengan mengambil beberapa gambar dari pemandangan menarik ini adalah pengalaman luar biasa bagi wisatawan.
Pengalaman lain adalah melihat langsung kehidupan keseharian masyarakat setempat dari atas gajah, jenis satwa yang tergolong langka dan tengah dalam upaya pelestarian.
Setiap wisatawan yang ingin mencoba atraksi naik gajah, dikenakan biaya antara 600 – 700 ribu rupiah. Maksimal wisatawan berusia 75 tahun, sesuai peraturan dari pihak asuransi.
Biasanya setiap high season, turis datang bersama keluarga atau rombongan dalam jumlah besar.
“Kalau sudah low season, maka jumlah wisatawan otomatis berkurang hingga setengahnya. Misalnya, kalau high season mencapai ratusan wisatawan yang mencoba atraksi naik gajah, kalau low season berkurang sampai setengahnya,” kata pungkas Gung Inda. (gr)