Festival Mekiwuka 2016 dan Parade Figura Digelar di Kota Manado

Foto ilustrasi: Gelar adat Meki wuka dan festival figura (ist)

KEARIFAN lokal harus dijaga dan dilestarikan. Inilah yang mendorong puluhan peserta mengikuti Festival Mekiwuka 2016 dan Parade Figura. Festival yang diadakan dinas kebudayaan Pariwisata ini menjadi perhatian warga Kota Manado.

Foto ilustrasi: Gelar adat Meki wuka dan festival figura (ist)
Foto ilustrasi: Gelar adat Meki wuka dan festival figura (ist)

Acara dibuka oleh Kepala Dinas Kebudaya Pariwisata Ir Happy Korah MSi, Sabtu (30/1/2016).

Bacaan Lainnya

Sebelum mengelilingi Kota Manado, peserta mengikuti upacara adat Minahasa.Titik start acara ini berlokasi di lapangan Koni hingga finish di Jalan Piere Tendean tepatnya di depan ITCenter Manado.

Ir Happy Korah MSi mengatakan, tema kegiatan ini yakni mewujudkan revolusi mental di bidang pelestarian adat Mekiwuka.

“Mekiwuka (bahasa tombulu) artinya mohon dibukakan pintu atau sesuatu yang tertutup. Dimaknai sebagai permohonan kepada Tuhan kiranya dibukakan jalan bagi umatNya untuk memasuki atau menjalani tahun yang baru,” jelas Korah.

SETIAP TAHUN

Setidaknya, inilah membuat masyarakat di Kelurahan Mahakeret Barat, Kecamatan Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara tetap mempertahankan ‘Parade Figura’. Budaya ini sudah merupakan adat turun temurun yang di lakukakan oleh sebagian besar warga di Kota Manado.

Untuk melestarikan, warga di daerah tersebut setiap tahunnya selalu melaksanakan parade Figura karena diyakini hal tersebut telah dilakukan turun temurun oleh nenek moyang mereka yakni suku Borgo, satu dari beberapa suku asli di Kota Manado yang sudah mendiami daerah ini sejak ratusan tahun silam.

Suku Borgo sudah ada sejak tahun 1500-an, sering juga disebut bangsa Indo-Eropa yang merupakan keturunan pendatang dari berbagai bangsa Eropa diantaranya Portugis, Spanyol, Belanda, Prancis, Jerman sewaktu melakukan pelayaran ke berbagai belahan dunia termasuk juga Sulawesi Utara, sampai ke pantai Manado.

“Event ini setiap tahun kami laksanakan agar bisa menumbuh kembangkan kebudayaan yang ada di Mahakeret, khususnya budaya Borgo yang sekian lama, sekian tahun selalu dirayakan oleh nenek moyang kami, kami kaum muda sekarang tinggal meneruskan,” ujar Nielsen Rorimpandey, Minggu (31/1/2016).

Borgo berasal dari kata ‘Burgers’ (baca: Berhers) yang diambil dalam bahasa Belanda yang berarti ‘warga bebas’ atau ‘orang yang dibebaskan’. Etnis Borgo tersebar seperti di Kampung Kakas, Kampung Tokambene, Kampung Pondol, Kampung Komo, dan Kampung Kodo, ada juga tersebar di Kampung Mahakeret dan Sindulang.

Sampai sekarang etnis Borgo masih melestarikan budaya nenek moyangnya seperti acara kunci taong (pesta perpisahan tahun lama ke tahun baru),

Ada begitu banyak budaya Borgo yang masih dipegang oleh warga Mahakeret Barat yang merupakan keturunan dari Suku Borgo, satu diantaranya yakni figura.

Tradisi pergantian tahun ini berasal dari bangsa Portugis sebagai ungkapan rasa syukur pergantian tahun dan merekatkan tali persaudaraan dengan menyanyi sambil diiringi alat musik tradisional sambil mengunjungi rumah-rumah warga.

Figura merupakan rangkaian acara ‘kunci taong’. Tradisi ini sudah digelar sejak beberapa puluh tahun silam. Tradisi ini dibilang unik lantaran pria memakai pakaian wanita dan wanita memakain pakaian pria.

Bukan itu saja beberapa peserta dari parade ini membawa alat musik seperti Gitar, Jug atau ukulele, tambor, biola untuk mengantar peserta figura yang berpakaian ‘aneh’ tersebut. (bs/gr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan