NGAWI – Festival Gunungan yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngawi pada Rabu, (26/07), dalam menyambut hari jadi daerah setempat patut dipertanyakan kebenaranya. Menyusul pernyataan Yusuf Rosyadi Kepala Disdagsar Ngawi selaku ketua panitia menyebut jika Festival Gunungan yang digelar dalam bentuk pawai didaerahnya tersebut merupakan yang terbesar diantara daerah lain.
“Insyaallah pawai ini (Festival Gunungan-red) sudah melebihi yang pernah diadakan di Jogja dan Solo. Kalau di Jogja maksimal 22 kalau di Solo maksimal 20 dan kita insyaallah hari ini 24,” demikian sambutan Yusuf didepan Bupati Ngawi Budi Sulistyono.
Usut pun jadi, ternyata jumlah puluhan gunungan yang berisi palawija maupun jajanan pasar plus buah-buahan yang diungkapkan orang nomor satu di Disdagsar itu merupakan hasil sumbangsih terbaik dari teman-teman dilingkup pasar Kabupaten Ngawi.
Ditempat yang sama Bupati Ngawi Budi Sulistyono mengaku, Festival Gunungan menampilkan 24 jenis gunungan merupakan kali pertama digelar hasil dari ide yang digagas sebelumnya. Pada event ini jelasnya, sengaja dipamerkan aneka rupa gunungan sebagai satu tradisi sedekah bumi yang tujuan akhir untuk menggerakan ekonomi kerakyatan.
“Bagaimana kita memamerkan hasil bumi kita yang mana untuk menggerakan ekonomi kerakyatan. Sebenarnya ekonomi kerakyatan sumbernya tidak ada di mana-mana melainkan di pasar-pasar tradisional. Maka ini semangatnya kita bangun pasar tradisional agar eknomi kerakyatan tumbuh serta kita dorong terus dan pasar tradisional harus mampu berkompetisi dengan pasar modern,” ungkap Kanang panggilan akrab Bupati Ngawi Budi Sulistyono.
Pungkasnya, Festival Gunungan bakal digelar menjadi satu budaya tradisi disetiap tahunya sebagai penopang kekuatan terhadap khasanah budaya yang dimiliki Kabupaten Ngawi. Demikian juga diharapkan, warga masyarakat harus memahami akan tradisi itu sendiri demi peningkatan kesejahteraan. (pr/gr)