COLOMBO – Dubes RI Dewi Gustina Tobing promosikan pemasaran motor listrik dan alumunium di Sri Lanka. Hal tersebut mengemuka saat Dubes Dewi Tobing bertemu one-on-one dengan Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa, Rabu (2/2/2022) di kantor Perdana Menteri Sri Lanka, yang juga dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Sri Lanka, Prof. Gamini Lakshman Peiris.
Demikian disampaikan oleh Heru Prayitno, Minister Counsellor KBRI Kolombo.
Topik bahasan pada pembicaraan Dubes RI dan Perdana Menteri Sri Lanka mencakup peningkatan kerja sama ekonomi ke dua negara termasuk di bidang perdagangan, investasi dan pariwisata.
“Salah satu potensi kerja sama ekonomi Indonesia dan Sri Lanka saat ini antara lain adalah pemasaran motor listrik Indonesia, mengingat Sri Lanka sedang gencar menggaungkan pemanfaatan dan pengembangan teknologi serta ekonomi ramah lingkungan yang berkelanjutan” ungkap Dubes Dewi Tobing.
Potensi lainnya yakni di bidang alumunium. Pada tahun 2021, impor Sri Lanka untuk aluminium mencapai sekitar US$ 427 juta.
“Produk alumunium Indonesia saat ini sudah mulai dilirik oleh pasar Sri Lanka dan memiliki potensi yang cukup kuat untuk menjadi salah satu sumber peningkatan ekspor Indonesia ke Sri Lanka” jelas Dubes Dewi.
Sri Lanka juga ingin menjadi bagian dari kerja sama yang saling menguntungkan, sehingga selain sebagai pasar, kedepannya kerja sama akan dikembangkan dalam bentuk kemitraan maupun joint venture.
Dari kerja sama tersebut, dapat didorong peningkatan ekspor Indonesia dalam bentuk intermediate goods atau semi-finished products untuk kebutuhan produksi industri Sri Lanka.
Dalam hal ini, Indonesia dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh Sri Lanka sebagai hub maupun sebagai bagian dari perjanjian perdagangan bebas di kawasan Asia Selatan dan Tengah.
Lebih lanjut, Dubes Dewi Tobing menyampaikan kesiapan Indonesia untuk peningkatan kerja sama di bidang komoditi perkebunan termasuk dalam pemenuhan kebutuhan minyak nabati. Indonesia siap berdiskusi untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman bagi pengembangan pertanian dan perkebunan yang berkelanjutan.
Data perdagangan RI-Sri Lanka hingga November 2021 tercatat sebesar USD 411 juta. Nilai ekspor Indonesia pada periode tersebut mencapai USD 364 juta dan nilai ekspor Sri Lanka mencapai USD 47,7 juta.
Angka tersebut belum mencerminkan potensi sebenarnya dari potensi yang dapat dikembangkan kedua negara. “Untuk itu, menjadi penting untuk menindaklanjuti rencana perundingan Preferential Tariff Agreement antara kedua negara” jelas Dubes Dewi.
Hal lain yang juga mengemuka pada pembicaraan adalah komitmen memperkuat kerja sama bilateral terutama dengan memanfaatkan momentum peringatan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Sri Lanka.
Untuk itu, Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa memberikan dukungan secara penuh untuk perkuatan kerja sama bilateral kedua negara.
“Selain membahas hubungan bilateral, juga ditekankan pentingnya penguatan kerja sama regional untuk memperkuat peran kedua negara di kawasan” pungkas Dubes Dewi. (gardo)