PULANG dari opname di Rumah Sakit Permata Bunda, Sri Kemala membawanya pulang dengan Honda Civic Sedan miliknya.
Melewati Jalan Pandu, masuk jalan Pemuda, Hussein mengajak sepupunya makan siang di restoran Garuda, simpang jalan perniagaan.
Jalan Husein masih terhuyung, Sri Kemala memegang tangan Hussein memasuki restoran.
Selera makan Hussein masih patah. Dua tiga suap, Hussein mencuci tangannya. Dan meneguk habis juice tomat yang dipesannya.
“Kita pulang saja ya, abang perlu istirahat.
Di rumah, tetangga kita sudah masak goreng jurung, gulai asam pari, kesukaan abang.
Sepanjang jalan menuju rumah, Hussein tertidur pulas.
Saat turun dari mobil, Hussein dipapah pakciknya, sebelumnya dia mengejar ponakannya ke ke pintu mobil.
Badan Husein panas tinggi, segera dibawanya menuju kamar.
“Kenapa dibawa pulang dalam kondisi begini”, Sri.
“Ayahkan tahu, bang Husin itu kemauannya tak bisa dibantah, hanya alm emak yang tak mampu dibantahnya.
Suhu panasnya semakin tinggi, Sri Kemala segera menjemput dr Setia Negara.
Husein atas saran dr Setia Negara dibawa lagi ke rumah sakit permata bunda.
Ikut ke rumah sakit, Sri Kemala, Syam suddin, pakcik Husein dan dr Setia Negara sebagai dokter pendamping.
Husein tertidur nyenyak sejak dari rumah hingga tiba di rumah sakit.
Panasnya sudah stabil. dr yang tersisa dokter jaga. Pasien diijinkan pulang setelah disuntik dan diberikan obat.
Husein tersenyum, dia telah segar lagi.
Sri Kemala mencubit perut Hussein, dia merasa dikerjai sepupunya tersebut.
Di dalam mobil yang dikenderai Sri Kemala, Syamsuddin pakcik mereka berkata, “SiHussein ini perlu pendamping setelah sekian tahun menduda.
Sri kita carikan serumpun kita saja, yang sudah tahu kepribadiannya.”
Sri tergelak, bersayap ucapan ayah ini”, kata Sri. (**)
Binjai, 210121
Tsi Taura