PANGLIMA Mejin tak bertanya pada Tan Sina Idris dan Tok Syamsuddin, datang malam ke rumahnya. Dan keduanya juga tak bertanya tentang Marissa.
Kedua tamunya itu seakan diserang kabut tebal. Dan lupa mereka berada di rumah siapa.
Matahari belum lagi terbit, Tan Sina Idris melajukan kenderaannya menuju kediaman Panglima Sukaraja. Mereka tersesat berkali-kali, padahal tok Syamsuddin sangat sering ke rumah tersebut.
Akhirnya atas saran orang kampung diseputar itu, tak usah bermobil ke rumah Panglima Sukaraja, cukup berwudu’ dan berjalan kaki, nanti ada yang menunjukkan rumah tersebut.
Betul saja di persimpangan hutan kecil, pinggiran Sei Wampu, mendadak mereka disapa seorang perempuan setengah baya, “mau kemana kalian dengan napas terenggah-enggah seperti dikejar orang bunian?”, kata perempuan itu.
Atok Syamsuddin menjelaskan apa tujuan mereka mencari rumah Panggilma Sukaraja.
Perempuan aneh itu tersenyum, “kalian hendak mencari Marissa ya, baru saja dia turun dari Rumah Panglima Sukaraja, paling-paling dia baru 500(lima ratus) meter dari ini. Kejarlah, Insya Allah ketemu.”
Tan Sina dan tok Syamsuddin saling berpandangan sekejap, kemudian berbalik arah mengejar arah yang ditunjuk perempuan tersebut.
Dan perempuan tersebut tak kelihatan lagi.
Pencaharian mereka terhadap Marissa sia-sia.
Hari mulai petang, kabut pekat mulai menyelimuti langit Sukaraja.
Tan Sina Idris menghubungi ayahnya, mereka tersesat di kampung sendiri.
Sepertinya emak tidak di Bohorok.
Begitu kesimpulan Tan Sina pada ayahnya. Cari di Turiam di rumah pakcikmu Mat Kilau, mana tahu di sana dapat petunjuk di mana emaknya.
“Tok, apa emak sering lari jika bertengkar dengan ayah?”, tanya Tan Sina pada atoknya Syamsuddin.
“Setahu atok emakmu perempuan setia, patuh sama ayahmu. Atok heran juga kok kali ini emakmu begitu keras, sangat marah pada ayahmu ketika merestui hubungan abangmu Tan Bima dgn dr Tuti.”
“Hanya itu?”, tanya Tan Sina.
“Tidak, dulu dr Tuti mencoba menggoda ayahmu tapi ayahmu lelaki yang sangat menyayangi emakmu, dr Tuti mundur teratur.”
Mat Kilau tak tahu Marissa menghilang, ketika Tan Sina mengabarkan kejadian emaknya, Mat Kilau bersedih. Dia tahu Marissa perempuan baik, penyayang, penyabar, selalu membantu siapa saja yang kesusahan.
Secara diam-diam dia ke rumah Panglima Mejin, dia yakin di situlah Marissa menumpahkan kekesalannya.
Tok Mejin dan Panglima Datuk Sukaraja sangat menyayangi Marissa. Apakah lagi anak tok Mejin, Rosa yang santun, pintar mengaji dijodohkan dengan Tan Bima. Bima juga juga setuju, rencana pernikahan pun sudah di rancang.
Dugaan Mat Kilau tepat, Marissa di rumah Panglima Mejin.
Esok siapa yang tahu, kita ini dalam duka atau suka.
Jalanilah kehidupan, seperti kita tak tahu kita adalah takdir yang tersembunyi. (**)
Binjai, 110221
tsi taura