Cerita Mini (Cermin) 18 ‘PENGANTIN’

RUANG Smoking di Bandara Kualanamu mulai sunyi, waktu sudah menunjukkan pukul 04.30 Wib, tok Porman Pagaruyung sudah berkali-kali menguap menahan kantuk dan berkali-kali pula cahaya camera singgah di mukanya, Arifin Scot sama usilnya dengan Tan Tualang. Pantaslah mereka begitu akrab dan suka terbahak-bahak bila sudah ngerjai kawan-kawannya pengantuk berat.
Tapi lebih gila lagi Tan Tualang, dia malah berani memotret atasannya yang arogan dengan mulut ternganga.
Arifin Scot dan Tan Tualang adalah dua orang sahabat yang sangat menjaga keakraban. Mereka sekantong dompet.

Tiba-tiba muncul di ruang smoking berapa penumpang yang baru mendarat dari Jakarta. Mereka langsung bergabung dengan dr Setia Negara,
Tok Porman Pagaruyung mulai berguyon, Arifin Scot memancing Tok Porman, perut melilit, cacing di perut menggelinjang, apa ente puasa?”
Hahaha, Porman terkekeh-kekeh, “kalau ente lapar, bilang saja, jangan lempar lapar pada orang yang kenyang”, kata Arifin Scot.

Bacaan Lainnya

Panas juga kuping Tan Tualang mendengar ocehan Arifin Scot dengan Porman Pagaruyung.
Merekapun cabut menuju rumah makan Kembang di seputar Tanjung Morawa.

Sebelum menu terhidang tok Porman mengocok perut lagi, “Alang yang mana nama Tuti? Kemarin dia menjelang tengah malam muncul di Mesjid Jamik mencari Arifin Scot?”
Muka Tuti merah padam.
“Hhhaaaahha yang betulnya itu tok Porman?”
“Ontahlah, hahhha”, Porman sambil meneguk Milo.

“Oh, ya, ngomong-ngomong siapa pemuda parlente di samping si Sri Kemala?”
“Inilah lelaki yang membuat Husein pusing tujuh keliling”, kata dokter Setia Negara.
Ketawapun pecah di rumah makan Kembang.
Dede Rukmana pengusaha tekstil yang sukses yang jarang bergurau panas kupingnya.
Hal itu terbaca Tan Tualang dan berkata, “jika tak tahan bergurau, pertunanganmu dengan kak Sri ditunda dulu….”, ketawa tok Porman memuncrat milo yang sudah di tenggorokannya.

Menutup kelemahannya, Dede Rukmana berkata, “pura-puranya awak, hhhhaaahhha, hidup tanpa humor seperti cinta tak pernah menjadi pengantin”, kata Dede menyindir dr Tuti.

“Oh, kata Arifin Scot melirik dalam ke arah Sri Kemala.
Tutipun tergelak panjang. Sri pula mukanya merah saga.
Dan di rumah makan tersebut ditentukan waktu resepsi sesuai saran Marissa, “14 Purnama bulan ini.”
Semua yang hadir sepakat, pengantin di arak di bawah bulan purnama.
Porman tercengang, ini bakal tugas berat buatnya bersama Arifin Scot.

Senja pun luruh
Siapa pengantin siapa
Siapa pengantin
Dalam arakan di bawah purnama gerimis. (**)

Medan, 020221
tsi taura

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *