DOKTER Tuti resmi pindah ke Rumah Sakit Tentara Putri Hijau berlokasi di jalan Putri Hijau Medan.
Dia ahli penyakit dalam (gastroenterologi) , mengobati gangguan saluran pencernaan, lambung, hati, pankreas dan empedu.
Sedangkan Husein tetap sebagai lelaki misterius. Hobbynya membaca buku-buku detektif tak pernah kendor.
Ruang kerjanya penuh dengan koleksi buku-buku tersebut. Tersusun rapi, aroma yang menyenangkan pembaca.
Jangan coba-coba mencuri buku-buku itu. Di depan pintu Anda akan mendengar suara teriakan, “maaaaling…maling…maaaliiing”.
Tetapi jika dipinjam atau diminta dengan santun Husein memberikannya dengan ikhlas.
Malam itu ada pertunjukan pembacaan puisi di rumah/ruang studio Husein.
Tuti hadir, pembawa acara yang kocak, “wak Bonar”, mempersilahkan dengan hormat, Tengku Husein dan Tengku dokter Tuti membaca puisi berjudul “Pengantin” karya Tengku Tan Tualang.
Husein dengan kaca mata baca, topi pet terbalik, blue jean lengkap. Dan Tuti berpenampilan puteri Melayu yang memukau hadiran.
Puisi dimulai bait pertama oleh Husein, Tuti bait berikutnya, dan begitulah seterusnya:
"pengantin "
jika suratan tiba di depan pintu
siapa palang pintu
kemarin kita menulis di dinding lori tua
cinta adalah dua darah satu jiwa
adat menyiksa impian yang jauh
aku tak peduli
tak bergeming pelaminan ningrat
hujan malu membasahi jiwa
kau sipongang
meletup hati
pagar palang pintumu
seperti Nero menghangus Roma
Puisipun berakhir…. tiba-tiba mereka berpisah duduk, tidak semesra sebelum pembacaan puisi.
Wak Bonar, sipembawa acara menghambus kata:
“Ikan tuna di selat malaka
Dijinjing putri pengeran sukaraja
Wahai pencinta sastra
Inilah penghayatan pembaca dengan luar biasa”
Malam semakin menjulang, rumah studio pun sepi. Yang tertinggal dokter Tuti, Husein, Setia Negara dan Bonar pembawa acara.
Tuti menginap di tetangga Husein yang sudah seperti keluarga dekat Husein. Wak Nurlela, suaminya hilang entah ke mana. Hidup sebatang kara, orang tua Huseinlah yang membiayai hidupnya dan membangun rumah mungil yang indah.
Oh ayah Husein
Ibumu
adalah cahaya kampung ini….”Wak Lela bergumam.” (**)
Medan, 280121
tsi taura