KERETA Lelawangsa terakhir tiba di Stasiun Besar Medan. Sri Kemala turun dari kereta dengan beca mesin atau kini disebut Betor, beca bermotor Sri menuju RS Permata Bunda yang berlokasi di jalan SM Raja Medan.
Lelahnya dia telan demi Husein saudara susuannya.
Mendengar suara Sri, Husein terbangun dari tidur panjangnya.
“Dari mana saja kau Sri, malam begini baru kelihatan?”
“Ngambil pakaian ganti bang Husein dan memasak pepes ikan belanak kesukaan abang”
“Makan abang ya, sulangi”, ujar Husein dengan suara manja.
“Sulangan dokter Tuti lebih nikmat bang”, Sri berguyon.
“Betul itu Husein”, kata Syamsuddin pakcik Husein.
Husein tersenyum kecil. Dokter Tuti mukanya memerah diledek Sri.
Sri sebenarnya dalam duka yang dalam, ia selalu gagal membangun rumah tangga.
Lelaki pertama yang ia cintai ternyata adik kandungnya sendiri.
Mereka sama-sama tak tahu, baru tahu ketika kalung yang mereka pakai menunjukkan mereka bersaudara kandung.
Dan kedua di ujung waktu hendak ke pelaminan, terungkap kekasihnya satu ibu susuan dengannya.
Sejak itu Sri Kemala kapok jatuh cinta.
Dokter Tuti tahu Husein sedang menguji sampai di mana, Tuti mencintai Husein.
Tuti akan menunjukkan cintanya sungguh-sungguh pada Husein. Dia ingin menebus pengkhianatannya pada Husein di masa lalu.
Tapi sayangnya dia tak tahu, luka yg ditorehkan Tuti pada Husein sudah menjadi prasasti sejarah.
Tapi Tuti yakin Husein seorang yang pemaaf.
Sri juga akhirnya yang menyulang ke mulut Husein masakan pepes malam itu. Hal itu dipasrahkan Tuti agar dia berjiwa besar menghadapi cinta Husein yang aneh dan terselubung.
Tanpa sadar, Sri terlelap di dada Husein.
Tuti dan pakcik Syamsuddin hingga pagi tak bisa tidur.
Mereka sedang menyulam masa depan. (**)
Medan, 250121
tsi taura