JAKARTA – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono ingin kesuksesan budidaya perikanan di Desa Kalitekuk, Kapanewon (Kecamatan) Semin, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terjadi juga di daerah lain. Budidaya lele di Semin tumbuh positif seiring adanya bantuan pinjaman modal dari Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLU LMPUKP).
Kegiatan budidaya perikanan di Semin, menurut Menteri Trenggono sejalan dengan program terobosan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) hingga 2024 nanti, yakni pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya air tawar, air payau dan air laut berbasis kearifan lokal.
“Perikanan budidaya di Indonesia harus terus ditingkatkan. Seperti halnya kampung budidaya di Semin ini harus menjadi perhatian kita bersama. Saya senang kalau ada seperti ini (kampung budidaya ikan),” ujar Menteri Trenggono dalam keterangannya, Kamis (19/8/2021).
Dukungan modal dari BLU LPMUKP KKP memberikan pengaruh besar bagi pertumbuhan budidaya lele di Kapanewon Semin. Sebagai gambaran, jumlah pelaku usaha meningkat drastis menjadi ratusan kepala keluarga (KK) dari yang tadinya hanya 28 KK. Begitupun dengan jumlah hasil produksi dari yang semula 0,7 ton per bulan menjadi 10 ton.
Pertumbuhan tersebut pun berimbas pada meningkatnya nilai aset hingga mencapai Rp3 miliar dari semula hanya Rp20 juta. Penghasilan pelaku usaha yang tadinya tidak menentu menjadi lebih pasti di angka Rp3 juta sampai Rp5 juta per bulan. Sedangkan penghasilan bersih koperasi naik tajam menjadi Rp40 juta – Rp50 juta per bulan dari yang awalnya hanya Rp5 juta.
“Jangan hanya di Semin namun seluruh Indonesia harus ada. Minimal setiap kabupaten atau kota ada satu kampung budidaya perikanan. Ini bagus karena dengan adanya model seperti ini dapat menyejahterakan masyarakat,” papar Menteri Trenggono.
Menteri Trenggono turut mendorong aktivitas budidaya lele di Kapanewon Semin tidak sebatas produksi melainkan sampai pada kegiatan pengolahan. Untuk itu Menteri Trenggono meminta jajarannya di Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) untuk mendukung kegiatan pasca produksi agar produk yang dihasilkan lebih bervariasi dan penyerapan tenaga kerja juga menjadi lebih banyak.
“Model seperti ini harus didukung agar terus berkembang. Saya sudah meminta Ibu Dirjen (PDSPKP) untuk turunkan tim untuk membantu pasca produksinya ya,” pungkasnya.
Sementara itu Direktur BLU LPMUKP KKP Syarif Syahrial menjelaskan bisnis model permodalan bagi kampung budidaya. Di mana pengajuan pinjaman oleh koperasi maupun perorangan harus melibatkan pendamping LPMUKP yang ada di setiap daerah. Pendampingan tak sebatas untuk pencairan maupun cicilan pinjaman, tapi juga manajemen usaha. Selain itu, ada juga peran penyuluh perikanan yang memberikan pendampingan teknis budidaya.
“Kami (LPMUKP) sudah berkoordinasi dengan para Dirjen untuk melakukan pendataan dan pendampingan kepada calon penerima manfaat sehingga tepat sasaran dan hasilnya dapat maksimal,” ucap Syarif.
Sebagai informasi, air menjadi masalah utama di Desa Kalitekuk, seperti desa-desa lainnya di Gunungkidul. Meski demikian, masyarakat bisa menangkap potensi budidaya lele dengan memanfaatkan pekarangan rumah mereka. Semula usaha itu dilakukan secara mandiri sebagai tambahan penghasilan. Namun melihat potensi yang semakin besar dibentuklah Koperasi Mina Mulya Maju Mandiri pada 20 Maret 2018 atas pendampingan dari LPMUKP.
Dalam bentuk koperasi inilah, pinjaman modal Rp1 miliar diberikan pada akhir Maret 2018. Hingga kini, budidaya lele di Desa Kalitekuk Semin masih terus berkembang. (red)