MEDAN – ‘Belajar Bersama Maestro’ salah satu program yang sudah diluncurkan oleh Kemdikbud. Program tersebut akan dilaksanakan tanggal 11 -24 Juli 2017. Maestro yang akan menjadi pengajar ialah Tititk Puspa, Ki Manteb Sudarsono, Krisna Murti, Retno Maruti, Sunaryo, Timbul Raharjo, Hanafi, Caro David Habel Edon, Djana Partanain, Asia Ramli, Dedek Wahyudi, Iman Soleh, Jose Rizal Firdaus, Fendi Siregar, dan Zakarya.
Kali ini, kita mencoba melongok program tersebut di Medan, Sumatera utara. Tepatnya di rumah sang maestro Yose Rizal Firdaus. Sedikitnya 20 pelajar sedang menekuni program bersama maestro tari Melayu di Kawasan Sunggal Sei Mencirim, Medan.
“Iya ini memang kebetulan lagi pelatihan. Mereka ini pelajar dari berbagai provinsi di Indonesia,” kata Yose Rizal Firdaus di rumahnya itu, Senin (17/7/2017).
Saat itu, Yose Rizal di tengah-tengah pelatihan yang dibantu asistennya, seperti Rina Lubis, Eka Firdaus, Pipit dan beberapa lainnya menerangkan bahwa pelatihan ini merupakan program Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
“Program seperti ini, sudah berjalan selama tiga tahun terakhir ini. Namanya program Belajar Bersama Maestro (BBM). Kegiatan ini memberikan kesempatan kepada peserta didik tingkat SMA/SMK se-derajat di Indonesia untuk belajar seni,” ujar lelaki yang akrab dipanggil Nda Yose ini.
Yose mengatakan, dirinya terpilih menjadi salah satu pelatih dan pengajar dari 15 maestro yang terpilih karena karya dan prestasinya.
Selain Jose Rizal Firdaus, maestro lainnya yakni Titiek Puspa, Manteb Sudarsono, Krisna Murti, Retno Maruti, Sunaryo, Timbul Raharjo, Hanafi, Caro David Habel Edon, Djana Partanain, Asia Ramli, Dedek Wahyudi, Iman Soleh, Fendi Siregar dan Zakaria.
Jose Rizal mengatakan kegiatan ini merupakan implementasi dari nawacitanya Presiden RI, Joko Widodo tentang kebudayaan. Penyebaran kebudayaan melalui berbagai bidang seni akhirnya menjurus ke semua daerah bukan hanya di Pulau Jawa dan Bali.
“Ada 15 maestro yang ditetapkan dari berbagai wilayah yakni DKI Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Medan, Lombok Utara, Solo, Makassar, NTT, Jawa Barat dan, Jawa Timur. Kesenian yang dilatih seperti Seni Media, rupa, tari, teater dan musik,” katanya di rumahnya yang juga lembaga studi tari patria ini.
Ia mengatakan setiap maestro melatih dan mengajarkan 20 anak yang berbagai dari Indonesia. Kegiatan pelatihan ini dilakukan dari 11-24 Juli. Nilai yang didapat dari program ini adalah para peserta didik akan mendapatkan kesempatan untuk menyerap pengalaman dan ilmu Pengetahuan yang dimiliki maestro.
“Mereka dilatih dan diajarkan soal tari di sini. Karena saya dari tari melayu maka itu yang saya ajarkan. Nantinya pada 23 Juli hasil latihan ini akan dipagelarkan di Taman Budaya akan dipagelarkan kemudian keesokan harinya kembali ke daerah masing-masing,” terangnya.
Ia berharap apa yang telah diajarkan, peserta didik mereka bisa memahami seni itu dari dasarnya. Sehingga nantinya jika menjadi seniman tidak egois dan mampu menghargai budaya lain. Serta menghargai dunia kesenian, dapat memfasilitasi, mendukung kegiatan dan melestarikan tradisi bersama.
“Mindset kita kadang jarus diubah. Jangan pernah pikir mereka jadi seniman. Misalnya nanti mereka jadi polisi, camat dan lain-lain tetapi mereka paham kesenian,” jelasnya.
Jose Rizal juga mengharapkan pemerintah daerah juga melihat peluang yang dibuat pemerintah pusat.
“Pemerintah daerah, karena kita dari Sumut bisa mencontoh mengembangkan kebudayaan daerah kabupaten/kotanya untuk generasi penerus,” ungkapnya.
Eka Firdaus sebagai koordinator pelatihan mengatakan 20 muridnya ini diberikan materi tari Melayu yang sangat sistematis. Sehingga mereka dengan mudah bisa mencernanya.
“Pelatihan kita sangat sistematis dan mudah dipahami. Mereka diberikan pelatihan untuk tari Serampang 12, Mak Inang, Itam Manis, Kuala Deli dan Tanjung Katung.
Karena mereka di daerahnya adalah penari-penari juga, maka mereka cepat menyerap materi yang diberikan,” katanya. (or/gr)