Kejelasan tingkah meluhurkan ( memuliakan) itu hanya bagi beberapa orang yang selalu mengabdi. Dan tidak akan terwujud tingkah tersebut bila tanpa adanya kesempurnaan menata hatinya. Sehingga syarat menjadi abdi haruslah ikhlash dalam meluhurkan gurunya hingga akhir hayatnya.
Barangsiapa berbuat sesuatu yang menimbulkan fitnah atau maksiat secara terbuka maka harus siap menanggung akibatnya. Oleh sebab itu jangan pernah berbuat kemaksiatan terutama bagi yang mempunyai pengikut.
Dan barangsiapa enggan untuk berbuat kemanfaatan, maka ia akan merugi dalam hidupnya dan akan jauh dari Rosulullah SAW. Tapi bila orang tersebut hidupnya bermanfaat, maka akan terjaga dengan perbuatannya tersebut sehingga mampu menyelamatkannya. Serta juga ia akan bisa membawa keselamatan kepada orang lain melalui kemanfaatan tersebut baik dunia maupun akhiratnya.
Maka sesungguhnya dalam perjalanan waktu yang telah lewat, itu ada hikmah dan menjadi gambaran perbuatannya sebelum ia terbujuk oleh tipu daya setan.
Barangsiapa yang serakah dan hanya mementingkan duniawi, maka ia akan tercegah dari masuknya siraman ilmu.
Kyai Mushonnif senang akan orang yang mengamalkan ilmunya terutama dari golongan tokoh yang mempunyai pengikut. Karena itu menjadi wujud kemasyhuran tingkah machabbah dan pengendalian nafsu. Serta wajib untuk taat dalam perbuatannya dan taat mengabdi sebagai perwujudan dari doanya untuk orang lain. (Sumber: Kitab Balaghoh Ponpes Khomsani Nur, Atz).