AKAN Â dibangun rumah budaya di area pemakaman sastrawan Sitor Situmorang di Sumatera Utara. Hal disampaikan oleh keluarga mendiang sastrawan Sitor Situmorang. Rumah tersebut akan menjadi tempat penyimpanan karya Sitor, ziarah, diskusi maupun kegiatan riset.

“Itu cita-cita kami,” kata Gulontam Situmorang, anak lelaki tertua Sitor, usai pertunjukan instalasi teks satu tahun Sitor Situmorang “Pasar Senen, Sitor dan Harimau Tua”, Rabu (20/1/2016) malam.
Rumah tersebut akan menjadi tempat penyimpanan karya Sitor, ziarah, diskusi maupun kegiatan riset. Sitor dimakamkan di kampung halamannya Harian Boho, tepi barat Danau Toba. Semasa hidupnya, Gulontam menuturkan ayahnya selalu peduli pada budaya dan lingkungan karena dua hal tersebut saling berkaitan.
Salah satu yang mereka soroti adalah lingkungan Danau Toba yang kini rusak, berakar dari pergeseran budaya.
Misalnya, dulu, ada kepercayaan yang beredar di masyarakat tidak boleh bicara kotor bila berada di dekat mata air. Kini, ia melihat sampah ada di mana-mana di danau tersebut.
“Di desa harus ada kebangkitam budaya setempat dan semoga bisa jadi kekuatan reservasi lingkungan. Kekuatan itu tidak bisa ada kalau ada alasan ekonomi,” katanya.
Untuk menghormati Sitor, keluarga juga berencana mengadakan pesta rakyat akhir tahun ini selama tiga hari. Selain membangkitkan budaya setempat, pesta tersebut juga diharapkan memiliki manfaat ekonomi bagi warga desa.
Pesta rakya tersebut akan memberikan pelatihan pada anak-anak muda di Harian Boho untuk mengenal karya seni, semisal sajak, lalu mereka akan tampil mementaskan apa yang telah mereka pelajari. (gr)