6 Karya Budaya Kalsel Tinggal Menunggu Waktu Menjadi Warisan Takbenda

oleh -2,220 views
Foto: Mamanda Teater Rakyat Kalsel (ist)

KEPALA Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Selatan, H Mohandas H Henrawan mengatakan, tidak lama lagi akan bertambah enam warisan Budaya Takbenda Kalsel. Sebab, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdibud) RI akan menetapkan enam karya budaya Banua yang telah lolos seleksi tahap 1 dan 2 pada 19-21 April lalu yakni Tari Baksa Kembang (katagori budaya seni pertunjukkan), Air Guci (kemahiran dan kerajinan tradisional), Tari Topeng Banjar (seni pertunjukkan), Mamanda (tradisi dan ekpresi lisan), dan Wayang Kulit (seni petunjukan).

Foto: Mamanda Teater Rakyat Kalsel (ist)
Foto: Mamanda Teater Rakyat Kalsel (ist)

“Keenam karya budaya Kalsel itu tinggal menunggu sidang berikutnya agar ditetapkan atau dikukuhkan oleh Kemendikbud,” papar Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalsel, H Mohandas H Henrawan, di acara workshop Warisan Budaya Takbenda Kain Sasirangan, Rabu (4/5/2016).

Dijelaskan dia, dari tahun 2013-2015, di Kalsel ini sudah ada 11 buah yang telah dikukuhkan Kemendikbud yakni Kain Sasiranan (katagori kain tradisional), Madihin (tradisi lisan), Aruh Baharin (upacara/ritus), Karungut (seni tradisi), Pakaian kulit kayu (kain tradisional), Rumah Panjang Dayak (arsitek tradisionall), Balamut (tradisi lisan), alat kesenian Kuriding (seni tradisi), Pasar Terapung (kearifan lokal) dan arsitek Rumah Banjar Bumbunan tinggi (arsitek tradisional).

Ditambahkan Mohandes, berdasarkan pendataan tata kelola Kebudayaan Kalsel akhir Desember 2015 lalu, Banua telah memiliki Warisan Budaya baik Takbenda maupun Benda sebanyak 1.328 buah.

“Kita dinyatakan nomor urut 2 setelah Sumatera Barat. Khusus untuk warisan Budaya Takbenda sebanyak 973 buah, sedangkan warisan budaya takbenda yang telah diregistrasi oleh Kemendikbud RI sebanyak 167 buah,” ceritanya.

Menurut dia, di antara 11 warisan budaya takbenda pertama yang ditetapkan atau dikukuhkan Kemendikbud RI yakni Kain Sasirangan.
“Kita melakukan itu untuk menghindari pemalsuan dan pengklaiman hak cipta baik daerah lain maupun luar negeri, sehingga perlu pengukuhan dan pengakuan,” katanya.

SENI TEATER

Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari Betawi dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup.

Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang setia pada alur cerita kerajaan. Salah satu teater tradisional Kalimantan selatan yang masih bisa bertahan hidupnya adalah ‘Mamanda’.

Mengapa demikian ? Sebab cerita dari Mamanda memang mengasyikkan tak kalah dengan cerita sinetron atau film. Walau pun tokoh-tokoh dalam Mamanda lebih baku namun dapat ditambah tokoh-tokoh lain dengan cerita yang lain, artinya cerita mamanda dapat diciptakan sesuai dengan perkembangan jaman.

Keistimewaan Mamanda, bisa dimainkan dengan sebuah naskah yang utuh seperti teater modern atau hanya dengan mengatur cerita seperti garis besar cerita, babakan dan plot, sedangkan dialog dikenal dengan istilah improvisasi. Pemain-pemain Mamanda memang dikenal keahliannya berimprovisasi. Menurut cerita masyarakat lokal, Mamanda merupakan kesenian yang dibawa rombongan Abdoel Moeloek dari Malaka tahun 1897 M, bernama Komedi Indra Bangsawan. (gr)