6 : 1 Sumber Pendapatan si Kaya dan si Miskin

Oleh: Ganda Situmorang

Bacaan Lainnya

Si Poltak raja minyak memiliki usaha perkebunan sawit.

Bonar sebagai Manager kebun sawitnya si Poltak.

Bonar memimpin satu tim yang terdiri dari seratus Blandong bekerja di kebun sawit.

Blandong mendapatkan Rp.80 ribu per hari (8 jam kerja). Upah Blandong Rp.10 ribu per jam.

Gunakan rumus ini untuk menghitung upah Blandong: Upah = (gaji per hari) x (jam kerja)

Jika Blandong bekerja 40 jam per minggu, itu akan menjadi 10.000 X 40, yang sama dengan Rp.400.000.

Blandong biasanya didorong untuk menyimpan uang ekstra mereka dengan menabungnya ke bank.

Investasi mereka mengikuti persamaan ini: Manfaat tabungan = investasi X bunga tahunan

Masalah dengan “formula upah” atau “formula tabungan bank” yang digunakan sebagai mekanisme untuk kekayaan adalah bahwa variabelnya terbatas dan di luar kendali Blandong.

Blandong tidak dapat bekerja 3.000 jam dalam satu minggu.

Serikat Blandong tidak bisa memaksa si Poltak untuk membayar mereka Rp.100.000 per jam. Tingkat upah minimum (UMR) ditetapkan oleh Pemerintah.

Blandong tidak dapat meminta bank untuk memberi mereka pengembalian 1000%. Tingkat bunga bank diatur oleh pemerintah.

Hanya ada 24 jam dalam sehari dan hanya beberapa puluh tahun aktif dalam seumur hidup.

Solusinya?

Anak-anak Blandong disekolahkan sampai sarjana sehingga mereka dapat meningkatkan tarif PER JAM mereka dari Rp.10 ribu menjadi, katakanlah, Rp.50 ribu atau Rp.150 ribu.

Masalahnya tetap ada karena WAKTU TIDAK DAPAT DIGANDAKAN.

Bagaimana si kaya mendapatkan uang jika tidak menukar waktu mereka dengan upah?

Unit nilai yang dapat digandakan untuk pertukaran uang orang kaya jelas bukan waktu.

Mari kembali ke kebun sawit si Poltak raja minyak.

Persamaan pendapatan Poltak adalah: Laba = Laba per kg Tandan Buah Segar (TBS) X TBS Terjual.

Di sinilah hal-hal berubah.

Poltak raja minyak dapat PENGGANDA bagian dari persamaan pendapatannya. Ada MILIARAN orang di planet ini yang menginginkan/membutuhkan MINYAK SAWIT.

Selain itu, Poltak dapat MENGENDALIKAN operasi perkebunannya. Dia dapat menginstruksikan Bonar untuk bermain dengan harga, pupuk, dan biaya lain dari kebun sawitnya.

Jadi jika Poltak menjual 100.000 kg TBS dengan keuntungan per kg Rp.500, dia hanya memperoleh Rp.50.000.000.

Jika Bonar bekerja dengan baik dan meningkatkan efisiensi, Poltak dapat meningkatkan laba per kg TBS dari Rp.500 menjadi 600 menghasilkan penghasilan tambahan Rp.10.000.000.

Jika musim sedang baik dan kebun menghasilkan 10.000 kg TBS lebih banyak, dia menghasilkan Rp.5000.000 lebih banyak.

Jika Poltak bisa membeli kebun tetangganya, dia bisa menggandakan pendapatannya dalam hitungan bulan.

Ini adalah contoh yang sangat sederhana, tetapi variabel pengganda yang sama ada di semua pekerjaan Poltak raja minyak yang biasanya berasal dari tiga kategori utama ini:

Memiliki Bisnis

Perumahan (Properti)

Investasi Saham 

Perhatikan, ini BUKAN pendapatan yang diperoleh dari upah (pekerjaan).

Ada tujuh sumber pendapatan yang umum:

Pendapatan yang diperoleh (upah)

Pendapatan untung

Pendapatan bunga

Pendapatan dividen

Pendapatan sewa

Pendapatan keuntungan modal

Pendapatan royalti 

Semua ini, kecuali pendapatan yang diperoleh, dapat diukur dan dikontrol dalam satu atau lain cara. 

Diluar yang tujuh sumber pendapatan yang umum, ada dua lagi

Pendapatan usaha rente 

Pendapatan usaha ilegal

Poltak pada akhirnya dapat menghasilkan 1.000X lebih banyak dari Bonar dalam satu tahun. Jika Bonar mengeluh tentang ketidakseimbangan ini dan mempertanyakan “keadilan sosial”, Poltak dapat mempertanyakan apa yang dia pertaruhkan.

Sebagai seorang pekerja, Bonar hanya akan kehilangan kemampuan untuk mendapatkan lebih banyak besok (pekerjaan dan gajinya di masa depan.)

Untuk mencapai 1.000X, Poltak mempertaruhkan lebih banyak. Dia kemungkinan besar mengumpulkan uang melalui investor atau bank yang siap menyita asetnya jika dia terlambat membayar karena alasan apa pun. Pemilik bisnis kecil UMKM jamak menjaminkan aset pribadi untuk mendapatkan akses ke modal.

Poltak mempertaruhkan reputasi pribadinya sebagai pemilik. Kegagalan jauh lebih jamak dan tanggung jawab bertumpuk padanya.

Misalkan kekeringan merusak tanaman selama setahun penuh dan Poltak tidak cukup cadangan tunai untuk melewatinya. Dia kehilangan segalanya dalam kegagalan yang menghancurkan. Bonar hanya akan mencari pekerjaan baru memetik jagung atau sayuran lain yang membutuhkan lebih sedikit air.

Poltak mendapatkan keuntungan karena bersedia mengambil risiko kerugian yang jauh lebih besar untuk berada di posisi itu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan