*Oleh: Aris Kurniawan
NOVEL dengan setting lokasi melintasi berbagai belahan dunia sudah banyak ditulis pengarang Indonesia. Namun meramunya dengan berbagai unsur seperti filsafat, agama, spiritualitas dan adat budaya lokal, rasionalitas kosmopolitan, astronomi, serta science fiction, mungkin masih jarang dilakukan pengarang kita dengan baik.
Gelombang, seri kelima Supernova novel Dewi Lestari (Dee) melakukannya secara menarik. Sejak seri pertama Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh (KPBJ) karya Dee telah menggebrak dunia sastra kita. Para kritikus sastra dibuat blingsatan; kehabisan teori untuk mengulas karya Dee yang disebut-sebut sebagai karya yang menggabungkan aneka disiplin ilmu. Karya mantan personil grup band Rida Sita Dewi ini dianggap sebagai ancaman atau tepatnya tantangan baru bagi para ahli teori dan kritik sastra. Di luar para kritikus sastra, karya Dee telah melahirkan ribuan penggemar setianya; mereka yang sebelumnya bukan pembaca sastra tiba-tiba jadi rela menunggu-nunggu dan mengejar serial terbaru Supernova, bahkan karya Dee lainnya.
Dee menyuguhkan begitu banyak lapisan dunia yang bertolakan sekaligus tak terpisahkan, yang spiritual dan yang rasional. Tuturannya yang ringan meski materi yang dibawa sebenarnya berat; semua unsur yang berbeda teraduk dan saling menjalin; nilai-nilai lokal (adat dan tradisi Batak) dan pergaulan kosmopolitan bersilangan dan bertemu. Yang lokal dan yang global membaur, serupa kesatuan tak terpisah tetapi sekaligus makin mengenali watak dan semestanya masing-masing.
Gelombang dibuka dengan hilangnya Diva Anastasia di dalam hutan belantara terpencil di jantung Amazon, Amerika Serikat. Gio Alvarado tidak dapat menerima kenyataan tersebut, sampai ketika sedang berkeliling Plaza de Armas, dia mendengar suara Diva berbisik, se acabá½¹, sudah berakhir. Di Cusco, Gio bertemu kembali dengan Amaru, laki-laki misterius yang mengaku mengetahui banyak tentang dirinya; ia memberikan empat buah batu di Vallegrande. Amaru menjelaskan makna batu-batu yang mempresentasikan orang-orang penting yang harus Gio temukan untuk menyingkap misteri.
Salah satu dari empat batu itu mempresentasikan diri Gio, sedangkan dua lainnya entah bagaimana dan di mana. Amaru memberi pesan kepada Gio bahwa ia harus pergi ke Lembah Urumbaba dan menemui Madre Ayahuasca untuk mengorek arti simbol pada batu-batu itu demi membuka ingatan Gio. Secara kebetulan, beberapa saat sebelum Amaru datang, Paulo mengajaknya ke Lembah Urumbaba atau Sacred Valley untuk menyaksikan upacara Ayahuasca.
Spektrum cerita
Kisah tiba-tiba melompat pindah ke sebuah desa terpencil di tepi Danau Toba, Sumatera Utara. Spektrum cerita memancar jauh dan memberi guncangan pembacaan. Di sana kita berkenalan dengan tokoh sentral bernama Thomas Alfa Edison Sagala alias Alfa Sagala alias Ichon. Ia datang dari keluarga Batak yang menganut agama Parmalin, sebuah kearifan lokal yang memiliki versinya sendiri perihal asal mula jagat semesta dan isinya. Pada ulang tahun Ichon yang ke-12, desanya memainkan gondang Raja Uti. Ini pertama kalinya Ichon berada di desanya saat gondang dimainkan. Dan sejak malam itu, kehidupan Ichon berubah. Ia dikuntit sosok hitam yang kelak diketahuinya sebagai Si Jaga Portibi, semacam sosok malaikat. Selain dibuntuti oleh makhluk misterius itu, setiap malam Ichon selalu bermimpi hal yang sama, mimpi seram yang terasa begitu nyata.
Selang berapa hari kemudian muncul dua dukun sakti Ompu Togu Urat dan Ompu Ronggur Panghutur dari Tao Silalahi; keduanya berebut mempengaruhi Ichon untuk bersedia menjadi muridnya. Ichon dipojokkan pada posisi untuk memilih salah satu. Ichon membuat pilihan keliru yang berdampak panjang kepada kehidupan dia berikutnya, dan hal itu berkaitan dengan batu yang diberikan si dukun sakti. Peristiwa ini menggemparkan penghuni desa Ichon di pedalaman Sumatra Utara itu dan mendorong Ichon merantau ke Jakarta lebih cepat dari yang telah direncanakan.
Mimpi seram Ichon terus berlanjut dan menyebabkan Ichon tidak mau tidur. Kabar baiknya ia menggunaan waktu tidur untuk belajar keras sehingga Ichon tumbuh menjadi anak pandai. Hingga saat tamat SMA, Ichon menggantikan kakaknya, Albert Einstein (Eten), untuk pergi ke Amerika Serikat. Di kota kosmopolitan itu Ichon hidup sebagai imigran gelap, dan itu rupanya tidak mudah. Tantangan paling ringan Ichon harus berhadapan dengan gerombolan siswa berandal dari berbagai belahan dunia; mereka tidak segan-segan melukai korbannya dengan senjata. Berkat kerja keras, kecerdasan, dan kemampuan beradaptasi Ichon dapat melewati kesulitan demi kesulitan, bahkan ia kemudian mendapatkan beasiswa dari perguruan tinggi terkemuka di kota pusat dunia itu, lalu diterima bekerja di di perusahaan jual beli saham.
Namun, rupanya persoalan belum selesai. Ichon yang tinggal bersama Amangudanya, menghadapi sikap tidak bersahabat para sepupu yang menganggapnya sumber kesialan. Jansen yang paling frontal memusuhi Ichon. Dia mengaitkan kepercayaan yang dianut Ichon dengan mala yang menimpa keluarga. Mereka menyebut kepercayaan Parmalim sebagai penyembah setan. Bayangkan, kosmopolitan New York ternyata tidak serta merta membuat penghuninya berpikir rasional dan lepas dari hal-hal irasional atawa gaib. Agama seakan menjadi pemicu ketegangan. Namun pertarungan antara spiritualitas lokal dan rasionalitas kosmopolitan dalam novel ini tidak berakhir menang dan kalah.
Menyoal ihwal tidur dan mimpi
Mimpi seram yang menguntit Ichon hingga ia menjadi insomnia kronis. Selama tujuh tahun terakhir Ichon tidak pernah menghabiska malam untuk tidur. Suatu kali, seorang muncul seorang perempuan dan mengacaukan siklus tidur Ichon yang tidak normal. Percintaan dengan wanita itu membuat Ichon untuk pertama kalinya selama tujuh tahun terakhir dapat tidur pulas tanpa mimpi seram. Pertarungan alam sadar dan bawah sadar lagi-kagi tidak berakhir menang dan kalah; justru sebaliknya, mempertanyakan berapa lama sebenarnya waktu tidur yang ideal.
Banyak peristiwa dan tokoh-tokoh berseliweran dalam kehidupan Ichon melalui tempo yang bergerak cepat dan alur linear namun tidak membosankan karena suspense yang terjaga pada setiap bagian. Konflik yang menarik dan motif yang kuat dalam menggerakkan tokoh-tokohnya menjadi kekuatan lain didukung kelincahan deskripsi dan metafora-metafor segar dan terkadang kocak. Lanskap adat dan budaya Batak tidak sekadar menghadirkan unsur lokal untuk membenturkannya dengan peradaban modern yang rasional, namun menjadi pijakan penting bagi alur cerita.
Petualangan Ichon menyingkap mimpi membawanya bertemu dengan Nicky Evans, seorang dokter ahli teori dan teknik mimpi yang diam-diam mencintai Ichon. Nicky menguntit Ichon ke Tibet untuk menemui dr Kalden, seseorang yang bisa membantunya menyingkap misteri mimpi Ichon. Dr Kalden adalah seseorang yang telah puluhan kali mengalami reinkarnasi dengan memori yang tak terputus sejak kehidupan awalnya di masa lalu hingga penjelamaan yang terakhir.
“Kadang aku merasa memori yang tidak terputus ini adalah kutukan. Kalau saja kau bisa amnesia seperti kalian, aku bisa jatuh cinta pada Bumi ini lagi dan lagi,†kata dr Kalden. (hal 449)
Sampai novel berakhir kita tidak menemukan kaitan yang jelas antara Gio dengan Ichon, kecuali keduanya sama-sama berurusan dengan batu dan orang-orang misterius. Mungkin kaitan antara mereka akan kita temui pada seri Supernova berikutnya.
Data buku
Judul : Gelombang
Penulis : Dee
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal : x + 482 hlm
Terbit: September, 2014 (Cetakan Pertama)
ISBN: 978 – 602 – 291 – 057 – 2
*Aris Kurniawan, lahir di Cirebon 24 Agustus 1976. Menulis cerpen, reportase, esai untuk sejumlah penerbitan. Bukunya yang telah terbit Lagu Cinta untuk Tuhan (Logung Pustaka, 2005), Lari dari Persembunyian (Komunitas Kampung Djiwa, 2007).