Antropolog: Bunker Jepang di Medan, Situs Sejarah Tak Dikenal Layak Dijadikan Cagar Budaya

oleh -1,412 views
Foto: Workshop Bangunan Bersejarah Kota Medan. (ist)

Sakin kuatnya bunker Jepang di Medan itu  dijatuhi bom pun oleh sekutu tak bakalan hancur

MEDAN – Tidak banyak yang tahu kalau kota Medan ada bunker peninggalan Jepang dan berbagai situs bersejarah lainnya.  Bunker peniggalaan perang Dunia Kedua itu dipaparka dalam kegiatan kegiatan workshop bangunan sejarah kota Medan yang digelar oleh Dinas kebudayaan dan Pariwisata Pemko Medan, di Hotel Polonia Medan, Kamis (1/12/2016) lalu.

Antropolog Universitas Negeri Medan, Dr Phil Ichwan Azhari mengatakan, dalam acara tersebut dirinya menamtampilkan 5 bangunan bersejarah yang tak lazim, tak dipandang oleh para arsitek dan pemerhati bangunan tua di Medan yang selama ini hanya fokus pada bangunan tua berarsitektur barat.

Foto: Antropolog Universitas Negeri Medan, Dr Phil Ichwan Azhari sedang memaparkan situs tua di kota Medan. (ist)
Foto: Antropolog Universitas Negeri Medan, Dr Phil Ichwan Azhari sedang memaparkan situs tua di kota Medan. (ist)

“Lima struktur/ bangunan sejarah yang selama ini tak dianggap padahalblayak diusulkan jadi cagar budaya itu adalah : Gedung Taman Siswa Amplas (tempat dibacakannya naskah proklamasi pertama di Medan-red), Gedung Nasional Medan, Madrasah Islam Tapanuli jalan Hindu, Struktur bangunan enam candi Kota China dan bunker Jepang Sei Sikambing,” katanya, Sabtu (12/3/2016).

Di Sei Sikambing Medan, lanjutnya, tepat di depan kampus Universitas Panca Budi, ada jalan sempit lalu masuk gang kecil bercabang cabang. Di salah satu gang tak di duga terdapat satu bunker peninggalan militer Jepang pada perang dunia ke dua yang masih kokoh.

Di beberapa tempat di Indonesia pendudukan militer Jepang membangun bunker pertahanan yang sangat kuat untuk menyimpan amunisi perang dan.persembunyian pasukan.

Foto: Bunke Peninggalan Jepang Sei Sekambing Medan. (ist)
Foto: Bunke Peninggalan Jepang Sei Sekambing Medan. (ist)

“Sakin kuatnya bunker ini, dijatuhi bom pun oleh sekutu tak bakalan hancur. Bunker yang di Sei Sikambing ini satu petang saya datangi, dan warga tetangga bunker itu mengatakan, untuk perluasan permukiman pernah mencoba menghancurkannya, tapi tak mempan sakin kuatnya walau sudah dihantam peralatan besar. Benar benar militer Jepang punya kerja,” ucapnya.

Gagal dihancurkan, papar Ichwan, bunker itu dijadikan gudang oleh ‘pemiliknya’, konon juga pernah dijadikan kandang ayam. Tapi dari sudut sejarah sebenarnya bunker ini menyimpan memori sejarah pendudukan Jepang, juga menarik dari segi arsitektur pertahanan militer perang dunia Kedua.

Bunker Jepang Sei Sikambing ini juga memenuhi syarat diusulkan menjadi cagar budaya. Merujuk undang undang cagar budaya No.11 tahun 2010, suatu bangunan bisa menjadi cagar budaya jika memiliki 5 kriteria : usia (di atas 50 tahun), mewakili gaya/arsitektur, memiliki nilai sejarah dan nilai sosial budaya.

Tapi apakah pemerintah dan DPRD Medan tertarik pada situs sejarah di kota yang harusnya mereka urus kekayaan memorinya ini?

“Nampaknya tidak atau sekedar sambil lalu. Harapan ada pada para guru sejarah yang perlu kreatif menjadikan situs sejarah sebagai media dan sumber belajar sejarah. Pembelajaran sejarah model kuno, menyuruh murid menghafal dalam kelas yang membosankan, sudah harus ditinggalkan,” tutup Ichwan Azhari. (ia/gr)